Pengamat Pertahanan: Intoleransi Penghambat Pembangunan Nasional

Connie pun mengingatkan, hingga kini masih ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang terus menebar berita bohong (hoaks). Kondisi ini jika dibiarkan akan sangat berbahaya bagi kepentingan bangsa dan negara.

“Masih ada 800.000 hoaks site merajalela. Hoaks merajalela dengan ratusan ribu situs itu. Ini adalah kondisi yang cukup berbahaya jika dibiarkan,” ucapnya.

Ia menambahkan, menguatnya intoleransi di Indonesia sudah menyebabkan ada sekitar 29,7 persen profesional muda yang tidak mendukung pemimpin non-Muslim dan ada sekitar 15.000 anggota TNI terbina oleh kaum radikal.

Di tempat yang sama, Ketua DPP Partai NasDem Bidang Pertahanan dan Keamanan, Supiadin Aries Saputra, mengatakan, sampai dengan saat ini ada sekitar 120 juta pengguna sosial di Indonesia. Dari jumlah itu, sebagian besar atau mayoritas datang dari kaum milenial.

“Media sosial menjadi media untuk kelompok radikal guna menghancurkan moral generasi milenial. Kita kenal dengan asimetrik warfare, perang anomali, ujung tombaknya proxy war, yakni perang yang tidak menggunakan angkatan perang,” ucapnya.

Menurut Supiadin Aries Saputra, yang paling mungkin menghancurkan bangsa Indonesia adalah bangsanya sendiri.

Kalau dilihat dari indeks pengukuran ketahanan nasional laboratorium Lembaga Ketahanan Nasional, diketahui di bidang ideologi dan sosial budaya nilai atau indeks berada di posisi dua, atau tidak tangguh.

“Yang nilainya tidak tangguh yakni indeks 2 adalah di bidang ideologi. Di bidang sosial budaya juga rendah. Tingkat pendidikan rendah dan ini yang menyebabkan mudahnya penyebaran informasi menyesatkan di media sosial,” kata Supiadin. (Ant)

Lihat juga...