Paludikultur, Alternatif Pengembangan Lahan Gambut Berkelanjutan

Alternatif pengembangan lahan gambut berkelanjutan berbasis masyarakat dengan pendekatan paludikultur, kata dia, yaitu mencari komoditas-komoditas yang bisa bernilai ekonomis jangka pendek dan jangka panjang yang dilakukan tanpa harus mengeringkan lahan gambut.

Komoditas seperti nanas, semangka, jagung, karet dan beberapa tanaman kayu adalah jenis yang saat ini sedang diuji coba di lahan yang dikelola oleh Perkumpulan Elang, dari Koalisi Saudagho Siak bekerja sama dengan Kelompok Tani Dayun, pemerintah kampung dan Masyarakat Peduli Api (MPA).

“Hal ini merupakan sebuah upaya restorasi lahan gambut yang juga ditujukan sebagai salah-satu pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di masa yang akan datang,” katanya.

Sementara itu, Asisten I Setda Kabupaten Siak, Budhi S Yuwono menjelaskan bahwa di wilayah TN Zamrud ada fungsi konservasi yang sangat penting untuk dijalankan karena perannya tidak hanya penting bagi warga Siak, namun juga bagi Indonesia.

“Kawasan ini punya potensi yang cukup besar. Di hutan dan lahan gambut ini bisa ditemukan macam-macam flora dan fauna, berbagai jenis burung, ikan langka, juga sebagai habitat Harimau Sumatera dan buaya,” katanya.

Selain itu, kata dia, alamnya masih alami dan terjaga sangat baik, dan lokasi Danau Zamrud sebagian ke depannya akan dikembangkan sebagai area wisata ekologi.

Ia menambahkan penjagaan dan pengawasan kawasan TN Zamrud melibatkan multipihak, yakni selain dilakukan oleh sejumlah petugas Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Siak juga melibatkan satuan tugas dari Badan Operasi Bersama (BOB) PT Siak Pusako yang merupakan perusahaan eksplorasi minyak bumi yang dimiliki Pemkab Siak dan Pertamina, yang wilayahnya bersebelahan dengan kawasan TN Zamrud.

Lihat juga...