Hujan tak Merata, Sawah Kering Jadi Perkebunan Semangka

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

PESISIR SELATAN — Petani di Koto Baru Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, kini banyak melakukan alih fungsi lahan, dari padi menjadi semangka. Kondisi ini terjadi, karena lahan tersebut merupakan sawah tadah hujan. Sementara kondisi hujan yang turun belum mampu membuat sawah digenangi air.

“Dari pada lahan dibiarkan terlantar, petani memilih untuk menggunakannya jadi perkebunan semangka,” sebut Asril, salah seorang petani semangka daerah Bayang, Senin (7/10/2019).

Dengan adanya upaya memanfaatkan lahan sawah yang kering itu, produksi semangkanya cukup menjanjikan. Hal ini terlihat dari masa panen hanya berselang waktu 60 hari dan tidak rawan kena penyakit tanaman, membuat petani memperoleh keuntungan yang menggembirakan.

“Upaya ini kita menganggapnya sebagai tanaman selingan selain padi saja. Sebab tanaman semangka masa panen tidak terlalu lama hanya sekitar 2 bulan sudah bisa panen,” katanya, Senin (7/10/2019).

Ia mengaku bahwa tanaman semangka bisa dikatakan sebagai langkah mengisi waktu sembari menunggu hujan benar-benar turun secara merata, dan membuat sawah dimaksud bisa digenangi air.

“Bila dikelola dengan baik tentu akan membuahkan hasil yang baik, dan petani tidak perlu lagi menunggu musim tanam, karena semangka dapat ditanam kapan saja. Hal itu merupakan sebuah keuntungan juga bagi petani di sini,” ujarnya.

Asril menyebutkan, kondisi para petani akan semakin sulit jika panen semangka gagal ataupun diserang penyakit. Jangankan untung yang didapat kerugian berlipat yang datang. Namun dalam kondisi saat ini pemasarannya dinilai anjlok Rp1.500 sampai Rp2 ribu per kilogram, karena terjadi musim panen serentak, padahal ketika pasokan berkurang harga buah semangka mencapai Rp2.500 sampai Rp3.500 per kilogram.

Lihat juga...