Tari ‘Lado Belo Baja’, Pesan Perdamaian dari Lamaholot
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LARANTUKA – Para lelaki memegang busur, parang dan lembing berlarian memasuki lapangan sepak bola desa Bantala. Mereka memperagakan orang mengintip musuh sambil memanah dan menombak.
Teriakan suara para lelaki ini pun melengking membahana di penjuru lapangan. Para penonton pun terdiam menyaksikan para penarinya bergerak atraktif ke sana-ke mari.
“Tarian Seni Lado Belo Baja menampilkan seni busana dan gerak,” kata Maran Gelapin Paulus, pelatih sekaligus penasihat sanggar Nopin Jaga, SMPN 1 Tanjung Bunga, Flores Timur, NTT, Jumat (13/9/2019).

Tarian Seni Lado Belo Baja kata Paulus, juga menampilkan budaya sarung tenun dan gerak warisan leluhur yang memperindah persatuan dan persaudaraan.
Belo Baja juga, kata guru senior SMPN1 Tanjung Bunga ini, menceritakan peperangan antara suku-suku terlebih Paji dan Demon dalam mempertahankan batas-batas tanah.
“Pesan dari tarian ini, kita yang ada di Flores Timur bersaudara sehingga tidak boleh ada pertengkaran. Kita harus bersatu dalam membangun Flores Timur ke depan agar menjadi lebih baik,” tegasnya.
Semua penari sanggar Nopin Jaga tambah Paulus, berasal dari siswa SMPN 1 Tanjung Bunga yang bergabung dengan para guru.
Pihaknya mendataangkan penata tari dan penata musik untuk memberikan pengarahan sehingga menciptakan tarian Seni Lado Belo Baja.
“Pesertanya laki-laki 16 orang dan perempuan 20 orang. Busananya laki-laki sarunng adat (Nowing) dan perempuan (Kwatek), “ jelasnya.