Mengenal Nama Nigi, Tarian Adat Masyarakat Lewolema

Editor: Koko Triarko

LARANTUKA – Ratusan penari dari berbagai desa dan sanggar unjuk kebolehan menarikan tarian tradisional, pada Festival Lamaholot Nubun Tawa di desa Bantala, kecamatan Lewolema, kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Para perempuan mengenakan kain tenun (Kwatek) dengan mengenakan baju Senuji. Leher para penari perempuan dihiasi kalung dari manik-manik, sementara kedua tangan mereka dipenuhi gelang gading.

“Tarian ini biasa dipentaskan saat Tradisi Poloma atau pesta syukuran panen padi di kebun. Masyarakat adat Lewolema selalu menarikan tarian ini sebagai ucapan syukur,” ungkap Yosep Pratu Kelen, tokoh masyarakat desa Bantala, Senin (16/9/2019).

Dikatakan Yosep, dalam menarikannya, kaum lelaki mengenakan kain tenun (Nowing) serta memegang kelewang atau kayu yang dihiasi bulu ayam di ujungnya. Para perempuan juga membawa kayu yang juga diikat dengan bulu ayam di ujungnya.

Usai panen padi dan padi dibawa ke lumbung, maka dilaksanakan tarian ini. Biasanya ditarikan ketika penghasilan mencukupi.

Petrus Eban Tukan, tetua adat Lewotala, desa Bantala, kecamatan Lewolema, kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggar Timur. -Foto: Ebed de Rosary

“Saat pesta syukuran ini, kita mengundang semua saudara dan kerabat untuk makan dan minum bersama merayakan kegembiraan. Saat pesta syukur ini, maka dipentaskan tarian Nama Ningo dan Sadok Nonga atau tinju adat,” terangnya.

Petrus Eban Tukan, tokoh masyarakat adat Lewotala, desa Bantala kecamatan Lewolema, mengatakan, tarian Nama Nigi dipentaskan di kebun saat pesta syukur panen.Tetapi, pesta syukuran tidak dibuat setiap tahun, tetapi beberapa tahun sekali saja.

Lihat juga...