500 Penari Sasong Meriahkan Festival Lamaholot

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sasong jelas Nia sapaannya, dibawakan oleh 500 penari  anak-anak sekolah dasar dari desa Lewohala dan Riangkemie. Tarian Sasong menceritakan masyarakat Keba Balpito hidup dari bertani.

“Dalam bertani digunakan sistem pengolahan tanah secara manual. Semuanya dikerjakan dengan tenaga manusia dari buka lahan sampai perontokan,” terangnya.

Dalam bahasa daerah kata Nia, dinamakan Imlas, atau merontokkan padi secara bersama-sama dengan gerakan diiringi syair yang juga dinyanyikan secara bersama-sama.

Tarian ini jelasnya, aslinya berasal dari Keba Baipito Nara Ledu Lema.

Busana asli Ile Mandiri yang dikenakan dilengkapi dengan properti, memberikan warna dan identitas Keba Baipito Nara Ledu Lema.

“Irama lagu nama nigi dan syairnya mengungkapkan aneka budaya gerakan onu rogo atau seperti kepiting beriringan,” pungkasnya.

Disaksikan Cendana News, para penari semuanya mengenakan busana tradisional dari kain tenun. Para penari perempuan juga mengenakan kalung dari manik-manik dan mahkota dari bulu ayam.

Para perempuan penari tersebut juga memegang sapu tangan berwarna merah di tangan. Selain anak-anak sekolah, peserta yang hadir termasuk bupati Flores Timur juga ikut menari Sasong bersama.

Lihat juga...