500 Penari Sasong Meriahkan Festival Lamaholot
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LARANTUKA – Ribuan masyarakat dari 7 desa di kecamatan Lewolema, kabupaten Flores Timur, provinsi NTT, memadati lapangan bola desa Bantala. Rombongan bupati Flores Timur dan staf ahli menteri Bidang Hubungan Pusat dan Daerah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tiba di pintu masuk dan disambut sapaan adat.
Sapaan adat dalam bahasa Lamaholot mengisahkan tentang kondisi Lewolema yang dikelilingi gunung-gunung yang menurut keyakinan gunung-gunung ini memiliki daya tarik tersendiri.
“Gunung-gunung ini mempersatukan dan bisa menghimpun berbagai suku dan budaya dalam wilayah kecamatan Lewolema,” kata Silvester Petara Hurit, seniman dan budayawan Flores Timur, NTT, Rabu (11/9/2019).
Ungkapan syair dalam sapaan adat kata Sil, sapaanya, dinamakan Najang dan diungkapkan oleh beberapa orang berpasang-pasangan. Terdapat dua lirik dalam Najang.
Lirik pertama jelasnya, disebut Ina sementara lirik kedua dinamakan Ana.
Syair-syair Najang disesuaikan dengan rangkaian peristiwa yang terjadi saat ini terkait dengan festival.
“Dalam hal ini proses perjalanan dari tamu, identitas atau asal-usul dari tamu yang bersangkutan dengan peristiwa hari ini yakni peristiwa Nubun Tawa Lewolema,” ungkapnya.
Kepala dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Flores Timur, Apolonia Corebima, mengatakan, selain Najang juga ditampilkan tarian Goekang, Soka, Bitong, musik Tempurung dan tarian massal Sasong.
