JAYAPURA – Kegiatan Jayapura International AIDS Conference (JIAC)/ konferensi internasional AIDS Jayapura, merekomendasikan tujuh hal di akhir kegiatan akbar itu.
Ke tujuh rekomendasi tersebut, yakni pertama, ARV adalah satu-satunya obat untuk mengendalikan HIV dalam tubuh manusia, obat-obatan dan ramuan direkomendasikan untuk suplemen saja.
Kedua, NGO harus diseleksi dengan baik agar programnya kontekstual. Ketiga, libatkan masyarakat adat Papua untuk terlibat aktif dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS (P2HA).
Ke empat, evaluasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua. Ke lima, desentralisasi ARV wajib. Selanjutnya, enam libatkan komunitas ODHA dalam Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS (P2HA). Terakhir, ke tujuh aktifkan operasional kabupaten/kota di seluruh tanah Papua.
Tujuh rekomendasi itu tertera dalam satu baliho, lalu ditempelkan di papan dan ditandatangani oleh ratusan peserta yang hadir dalam momentum akbar ini, baik anak-anak maupun orang dewasa, setelah Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano, menutup acara itu dengan menabuh tifa.
Jayapura International AIDS conference (JIAC) berlangsung selama empat hari, sejak Rabu (30/7) hingga Sabtu (3/8), di salah satu hotel di Kota Jayapura.
“Kegiatan JIAC dari hari pertama sampai hari terakhir peserta kita yang hadir lebih dari 800 orang. Pembicara asing enam orang, pembicara nasional empat orang,” kata Ketua Panitia pelaksanaan konferensi, Ni Nyoman Sri Antari, di Jayapura.
Selanjutnya, kata dia, pembicara lokal sebanyak 39 orang. Peserta pameran/pameran sebanyak 13 stan Stan terbanyak pada stan lingkejes dan stan terfavorit pada stan rojali.