Terkendala Peremajaan, Edukasi Peneropongan Benda Langit Tetap Diminati
Editor: Makmun Hidayat
“Kalau tidak mendung, biasanya ya jam 7-an sudah mulai. Nanti sampai jam 10 atau jam 11 malam, seperti sekarang. Tapi kalau mendung ya tidak bisa,” ucap Widya.
Selain faktor cuaca, Widya menyebutkan kendala lainnya adalah polusi cahaya di kota Jakarta memiliki potensi mengganggu proses peneropongan.
“Karena adanya banyak cahaya di permukaan kota, akan menyebabkan benda langit tidak terlihat. Tapi kalau di daerah yang masih sedikit gangguan cahaya, benda langit bisa terlihat cahayanya,” kata Widya sambil menunjuk titik terang Bulan dan Jupiter.
Salah seorang pengunjung, Meila menyatakan sudah sangat lama tidak berkunjung ke Planetarium dan Observatorium Jakarta.
“Terakhir itu pas saya SD mbak. Ini kebetulan sekarang saya kerja masih di wilayah Cikini, saya obatin kangen saya. Pengen tahu, bagaimana planetarium sekarang,” katanya di sela-sela kegiatannya melihat Jupiter dan Bulan.
Meila menyebutkan kalau dirinya datang bersama suami dan kedua anak laki-lakinya.
“Anak-anak juga penasaran gimana rasanya neropong. Jadi kita dateng bareng. Dan memang gak sia-sia saya ajak. Lihat aja tuh sibuk sendiri mereka,” ucapnya sambil menunjuk kedua anaknya.
Meila mengharapkan agar Planetarium dan Observatorium Jakarta selalu memberikan edukasi tentang benda langit pada masyarakat. Walaupun dirinya menyadari, tidak banyak peralatan yang berubah sejak dirinya mendatangi planetarium di waktu kecil dahulu.
“Saya lihat sih tidak banyak berubah. Cuma saya dengar penjelasan dari instruktur yang di bawah, katanya polusi cahaya akan memengaruhi proses peneropongan. Dan ditambah memang katanya alatnya sudah banyak yang butuh peremajaan. Semoga sih bisa ya nanti diganti sama pemerintah dan lampu di sekitar bisa diredupkan,” pungkasnya.