Korban Tewas dan Hilang Banjir China Capai 17 Orang
BEIJING — Jumlah korban tewas dan hilang akibat banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di China sepanjang akhir pekan, 13-14 Juli, telah mencapai 17 orang.
Pusat Meteorologi Nasional China (NMC) sejak Minggu (14/7) telah meningkatkan status kewaspadaan hujan badai yang dapat menyebabkan banjir.
Lembaga tersebut juga memprediksi terjadinya hujan deras di beberapa provinsi, di antaranya Zhejiang, Fujian, Jiangxi, Hunan, Guangdong, Yunnan, Sichuan, Guangxi, dan Tibet, demikian media resmi setempat, Senin.
NMC menyebutkan beberapa wilayah tersebut bakal diguyur hujan lebat dengan intensitas 120 milimeter.
China menandai status kewaspadaan banjir dengan beberapa warna, yakni merah untuk kejadian terparah, diikuti oranye, kuning, dan biru.
Beberapa daerah yang disebutkan di atas tingkat kewaspadaannya berwarna biru.
Sebanyak 17 orang yang tewas atau hilang tersebut terdapat di Provinsi Hunan. Lebih dari 470.000 jiwa warga di wilayah tengah China tersebut telah dievakuasi dan 179.000 jiwa sangat membutuhkan bantuan.
Empat unit stasiun pengukur ketinggian air di sepanjang aliran Sungai Yangtze di Kota Xianning, Provinsi Hubei, melaporkan bahwa ketinggian air sungai telah melampaui level yang dapat mengaktifkan alat antibanjir.
Di Provinsi Anhui, hujan deras yang menyebabkan banjir telah berdampak terhadap lebih dari 51.000 jiwa warga dan merusak lebih dari 2.700 hektare areal tanaman.
Banjir di provinsi di wilayah timur China itu menyebabkan 926 orang mengungsi dan kerugian materi lebih dari 59,6 juta RMB (Rp120 miliar).
Pada Sabtu (13/7) siang, sebanyak 330.000 orang yang tersebar di 18 kabupaten di Provinsi Jiangxi terdampak banjir, sebanyak 10.500 orang dievakuasi.