Pelatihan UKM Pacu Kesuksesan Pengusaha Peci Batik Yogya
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Dulu setiap bulan puasa, saya juga selalu jualan di pasar sore Ramadan Jogokaryan. Dulu harganya masih Rp40 ribu karena bahannya hanya dari kain perca. Sehari itu kadang hanya laku 2-3 biji saja,” kenangnya.
Setelah beberapa waktu berjalan, Jardi pun kemudian berupaya memasarkan produk peci buatannya dengan memanfaatkan berbagai kegiatan di masjid Jogokaryan yang memang terkenal di Yogyakarta.
Selain mengendors sejumlah ustaz untuk mempromosikan, ia juga berupa menjadikan peci buatannya itu sebagai produk khas masjid Jogokaryan.
“Di masjid Jogokaryan itu kan banyak sekali kegiatan. Di situ saya coba munculkan produk peci saya. Sejumlah ustaz juga membantu mempromosikan dengan memakainya setiap ceramah. Termasuk saat sejumlah artis atau dai datang saya juga kenalkan,” kata Jardi yang juga seorang pengurus dan aktivis masjid Jogokaryan itu.
Setelah produk peci batik buatannya semakin dikenal masyarakat, Jardi pun akhirnya memutuskan untuk menekuni usaha itu sebagai pekerjaan pokok. Ia keluar dari pekerjaan lamanya dan serius mengembangkan bisnisnya.
Siapa sangka kini Jardi telah mampu memiliki sedikitnya 11 karyawan yang seluruhnya merupakan ibu-ibu rumah tangga di kampungnya. Ia juga telah memiliki sejumlah outlet atau showroom, di beberapa tempat seperti masjid Jogokaryan, Galeria Mall Jogja, Suara Muhammadiah, hingga Pro-U Media.
“Alhamdulillah sekarang peci motif batik sudah jadi produk khas Masjid Jogokaryan. Jika ada tamu dari luar daerah yang berkunjung ke masjid, pasti akan mencari peci batik buatan saya,” katanya.
Hebatnya, peci motif batik buatan Jardi, tidak hanya dipasarkan baik secara offline maupun secara online ke berbagai daerah di Indonesia saja. Produk asli Jogokaryan ini bahkan sudah dipasarkan hingga ke luar negeri seperti Malaysia.