Peringati Hari Kartini, MMI Bersihkan Piringan Hitam Musisi Perempuan
Editor: Satmoko Budi Santoso
MALANG – Ketua Museum Musik Indonesia (MMI) Hengki Herwanto, menyampaikan, banyak masyarakat belum menyadari bahwa kepingan Piringan Hitam (PH) yang berisi karya para seniman musik Indonesia, sejatinya merupakan kekayaan intelektual bangsa Indonesia yang perlu dijaga.
Di dalamnya terdapat seni keindahan olah vokal, permainan instrumen, harmonisasi aransemen dan penjiwaan dalam penulisan syair.
Hanya saja, menurut Hengki, saat ini kepingan PH sudah sangat jarang ditemui, bahkan sudah tidak diproduksi lagi di Indonesia.

“Tahun 1985, produksi terakhir piringan hitam di Indonesia. Sekarang kalau musisi Indonesia ingin membuat piringan hitam, harus pesan dari luar negeri,” ujarnya dalam acara bertajuk ‘Penyelamatan Harta Karun Musik Indonesia’ di MMI, Senin (22/4/2019).
Oleh karena itu, lanjutnya, MMI menganggap bahwa PH merupakan harta karun yang harus dijaga dan diselamatkan agar tetap bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya.
Salah satunya dengan cara membersihkan kepingan piringan hitam tersebut agar suaranya tetap jernih ketika didengarkan.
“Terdapat 200 keping piringan hitam karya para seniman musik perempuan Indonesia yang tersimpan di MMI dan telah dikelompokkan berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia mulai dari Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Timur, sampai dengan Maluku,” sebutnya.
Beberapa penyanyi perempuan yang PH-nya akan dicuci adalah Diana Nasution dari Sumatera Utara, Elly Kasim (Sumatera Barat), Elvy Sukaesih (Jakarta), Ully Sigar Rusady (Jawa Barat), Waldjinah (Jawa Tengah), Dara Puspita, Ervinna, Arie Koesmiran (Jawa Timur), Titiek Puspa (Kalimantan Selatan), Tari Pendet (Bali), Ingrid Fernandez (NTT) dan Pattie Bersaudara (Maluku).