MATARAM – Padi merah termasuk jenis padi yang banyak dicari dan dibeli masyarakat di khususnya di Nusa Tenggara Barat. Kandungan gizi yang lebih banyak jika dibandingkan dengan beras putih, menjadi alasan beras merah dipilih untuk dikonsumsi.
“Padi beras merah di pasar mahal dan banyak dicari masyarakat untuk dibeli, karena dinilai lebih banyak mengandung gizi, terutama bagi anak, dengan cara diolah menjadi bubur,” kata Nursasih, Petani Beras Merah di Kabupaten Lombok Tengah, Senin (29/4/2019).
Beras merah juga dikenal berkhasiat sebagai obat, untuk menyembuhkan sejumlah penyakit seperti diabetes. Hal tersebut juga mendorong harga beras merah lebih mahal. Meski demikian, tidak banyak petani mau menanam. Petani lebih memilih menanam padi beras putih. Kalaupun ada yang menanam, sangat terbatas. Hanya petani dengan lahan tandus dan tadah hujan yang mau menanam padi beras merah.
“Padi merah harganya mahal, tapi petani yang mau menanam sedikit, hanya petani dengan lahan tadah hujan, itupun karena terpaksa, karena memang untuk lahan tadah hujan, hanya padi merah yang bisa berhasil ditanam,” tandas Nursasih.
Dibandingkan padi jenis lain, beras merah termasuk jenis padi yang relatif gampang ditanam. Memiliki masa panen yang lebih cepat. Beras merah juga tidak membutuhkan biaya besar, baik biaya untuk pemupukan maupun penyemprotan pestisida.
Padi beras merah yang ditanam di lahan seluas 20 sampai 50 are, tidak menghabiskan satu kuintal pupuk jenis urea. Dengan setengah kuintal pupuk urea, pertumbuhan beras merah sudah sangat bagus.
Bahkan, kalau kebanyakan pupuk, batang padi justru bisa rebah sebelum masa panen. “Pokoknya menanam padi merah paling mudah dari sisi biaya dan perawatan, termasuk paling cepat panen,” Petani lainnya Nur Asiah.