Pengurangan Produksi Arab Saudi Dongkrak Kenaikan Harga Minyak
Pada Selasa (12/2), Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada Financial Times bahwa produksi kerajaan itu akan turun di bawah 10 juta barel per hari pada Maret, lebih dari setengah juta di bawah target yang disepakati dalam kesepakatan antara OPEC dan sekutunya, yang bertujuan untuk membatasi pasokan global.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan pada Selasa (12/2) pihaknya telah memangkas produksi hampir 800.000 barel per hari pada Januari menjadi 30,81 juta barel per hari. Arab Saudi berkontribusi atas sebagian besar pengurangan itu.
“Faktor perasaan-baik kembali berperan tetapi ‘bullish’ minyak belum berarti keluar dari kesulitan,” kata PVM Oil Associates, Stephen Brennock.
Ini adalah fakta yang terkenal bahwa ekonomi dunia kehilangan momentum di tengah sejumlah besar risiko penurunan termasuk ketegangan perdagangan AS dan China yang masih berlangsung dan ketidakpastian geopolitik.
Pembatasan AS terhadap sektor energi Venezuela akan menghapus sekitar 330.000 barel per hari dalam pasokan tahun ini, menurut Goldman Sachs.
Harga minyak telah naik sebesar 20 persen sepanjang tahun ini, namun sebagian besar kenaikan itu terjadi pada awal Januari, sebelum pengenaan sanksi-sanksi AS terhadap sektor energi Venezuela.
Pasar minyak global tetap dipasok dengan baik, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam laporan pasar bulanan pada Rabu (13/2(, dan produksi masih akan melebihi permintaan tahun ini.
“Harga minyak tidak meningkat secara mengkhawatirkan karena pasar masih bekerja dari surplus yang dibangun pada paruh kedua 2018. Dalam hal kuantitas, pada 2019, AS sendiri akan meningkatkan produksi minyak mentahnya lebih besar dari produksi Venezuela saat ini. Dalam hal kualitas, ini lebih rumit. Masalah kualitas.” kata IEA.