Dirjen Kebudayaan: Keajaiban Borobudur Bukan Hanya Bangunan

MAGELANG  – Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, menyampaikan, sebutan keajaiban dunia bagi Candi Borobudur bukan hanya karena bangunannya, tetapi juga masyarakatnya.

“Banyak orang di luar negeri heran ada sebuah candi, monumen yang begitu besar dan boleh dibilang monumennya umat Budha, tetapi dirawat dengan penuh kasih sayang oleh masyarakat yang memiliki agama dan etnik yang bermacam-macam,” katanya di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.

Ia menyampaikan hal tersebut pada pembukaan “Dwi Windu Ruwat Rawat Borobudur” di pelataran Candi Borobudur.

Bukan hanya umat Budha, katanya, tetapi umat agama lain, seperti Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu sama-sama mempunyai komitmen untuk merawatnya sehingga tidak mengherankan jika Candi Borobudur kemudian disebut sebagai “keajaiban dunia”.

“Borobudur sebagai keajaiban dunia bukan karena bangunannya, tetapi juga karena masyarakatnya,” katanya.

Ia menuturkan para seniman yang terlibat dalam Ruwat Rawat Borobudur ini adalah wujud nyata kecintaannya ingin melestarikan Candi Borobudur.

“Saya juga sering bilang Borobudur dengan masyarakatnya dan melihat kegiatan ruwat rawat ini sebagai bhinneka tunggal ika dalam praktik. Jadi tidak banyak semboyan, langsung dilaksanakan di lapangan dan itu saya kira tugas yang sangat mulia. Oleh karena itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkomitmen untuk mendukung ini agar bisa berkelanjutan.” katanya.

Kepala Dinas Kepemudaan Olah Raga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Sinoeng Nugroho Rachmadi, mengatakan, Provinsi Jawa Tengah terus berupaya mempromosikan Borobudur melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah Borobudur Marathon.

Lihat juga...