Sistem Integrasi Transportasi, Solusi Kemacetan Malang Raya
MALANG — Seorang peneliti mengemukakan penyediaan sistem transportasi terintegrasi dan upaya penekanan jumlah penggunaan kendaraan pribadi, bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurai kemacetan yang kerap kali terjadi di wilayah Malang Raya.
Peneliti dan dosen pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang, Imma Widyawati Agustin, mengatakan bahwa wilayah Malang Raya bisa mengadopsi skema transportasi yang dikembangkan seperti di Jepang dan Singapura.
“Bisa mengadopsi dari Jepang dan Singapura. Keduanya memiliki pola yang sama dengan Kota Malang,” kata Imma, di Kota Malang, Jumat (18/1/2019).
Kesamaan pola yang dimiliki oleh Jepang dan Singapura dengan Kota Malang adalah “pola grid”. Pola grid adalah, sistem pola jalan bersudut dan memberikan bentuk segi empat, di mana bagian-bagian kotanya dibagi sedemikian rupa menjadi blok-blok, empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang pararel.
Imma menjelaskan, setidaknya ada dua sistem yang bisa diterapkan di wilayah Malang Raya, khususnya Kota Malang. Penerapan kedua sistem tersebut, harus memiliki infrastruktur yang memadai dan harus disiapkan oleh Pemerintah Kota Malang.
Sistem pertama yang bisa diadopsi untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan di Kota Malang adalah, penerapan transit oriented development (TOD), atau pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan memaksimalkan penggunaan angkutan massal.
Kemudian, penerapan transportation demand management (TDM), atau upaya penerapan kebijakan untuk memaksimalkan efisiensi sistem transportasi perkotaan melalui pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Para penglaju tersebut, nantinya bisa memanfaatkan moda transportasi yang terintegrasi.