Pascatsunami, Nelayan di Way Muli Mulai Melaut

Editor: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Sejumlah nelayan di pesisir pantai desa Way Muli, kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan mulai kembali melaut.

Asnari, salah satu nelayan asal desa Way Muli menyebut, perahu miliknya jenis ketinting terhempas ombak pada saat tsunami Sabtu (22/1/2018) silam.

Ia menyebut, perahu miliknya mengalami kerusakan pada bagian katir dan dayung patah. Usai melakukan perbaikan ia kembali melaut untuk mencari ikan, melanjutkan mencari nafkah bagi keluarganya.

Asnari menyebut, dua pekan pascatsunami, ia masih belum berani melaut bahkan masih tinggal di pengungsian. Pada dua hari melakukan aktivitas melaut di sekitar perairan Way Muli, Asnari mengaku, mendapatkan ikan sekitar 30 hingga 50 kilogram.

Ikan tersebut sebagian dibeli oleh para penjual ikan keliling sebagian dijual oleh istrinya di tepi jalan. Selama dua hari melaut ia menyebut, hasil tangkapan belum maksimal seperti kondisi normal.

Asnari, salah satu warga desa Way Muli Timur memperlihatkan hasil tangkapan pada hari pertama melaut – Foto: Henk Widi

“Banyak nelayan yang belum berani melaut karena sebagian masih trauma dan sebagian perahu rusak, belum bisa digunakan untuk mencari ikan,” terang Asnari, saat ditemui Cendana News usai melaut di pantai Way Muli, Kamis (17/1/2019).

Asnari yang melaut di sekitar pantai Way Muli mengaku, belum berani melaut mendekati area sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK). Kondisi GAK yang mulai terlihat tenang dari aktivitas erupsi, membuat sebagian nelayan perlahan-lahan mulai kembali melaut.

Sejumlah nelayan seperti dirinya mengaku, menggunakan alat tangkap jenis pancing rawe dasar serta jaring. Hasil tangkapan ikan disebutnya dijual dengan harga bervariasi sesuai jenisnya. Jenis ikan Simba dijual Rp40.000 per kilogram, ikan pari Rp30.000 per kilogram, ikan Kuniran Rp40.000 per kilogram serta berbagai ikan jenis lain.

Lihat juga...