Harga Anjlok, Petani di Purwokerto Perlu Pendampingan
Editor: Satmoko Budi Santoso
PURWOKERTO – Saat harga cabai di sebagian besar wilayah Jawa Tengah anjlok, Bank Indonesia (BI) Purwokerto melakukan terobosan dengan membentuk klaster cabai di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang.
Pendampingan terhadap petani cabai di desa tersebut dilakukan mulai dari hulu sampai hilir, dari memilih waktu tanam, hingga pengolahan cabai pascaproduksi dan pemasaran.
Kepala BI Purwokerto, Agus Chusaini, mengatakan, pemilihan waktu tanam sangat penting, karena akan berpengaruh terhadap penjualan harga cabai hasil panen. Para petani di Gapoktan Ganda Arum baru mulai menanam cabai, diperkirakan akan panen sekitar bulan Maret-Apil tahun ini.
ʺJadi saat harga sedang anjlok sekarang, petani baru mulai menanam, sehingga saat panen nanti diperkirakan stok cabai sedang tidak melimpah dan harga jual terjaga,ʺ jelas Agus Chusaini, Kamis (24/1/2019).

Lahan klaster cabai ini seluas 1,5 hektar dan ditanami cabai sebanyak 22 ribu tanaman. Pola tanam menggunakan teknologi sungkup, untuk melindungi tanaman dari curah hujan yang tinggi. Penerapan pola tanam ini juga didampingi langsung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, serta penyuluh pertanian.
Terkait pengolahan pascapanen, saat ini BI Purwokerto sedang memikirkan format yang mudah dan tepat untuk diterapkan pada petani di Gandatapa. Misalnya, dibuat sambel kemasan yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi, atau bisa juga dikeringkan. Dalam pengolahan pascapanen ini, BI juga akan terjun langsung melakukan pelatihan, hingga penjualan produk olahan cabai.