Sampah Masih Jadi Masalah Lingkungan di Lampung Selatan
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
Sudarwanto, warga Desa Pasuruan menyebut sampah plastik yang mendominasi saluran air berasal dari perkampungan warga di bagian hulu sungai.
“Sebagian yang dibuang bahkan jenis berbahaya berupa botol kaca yang mudah pecah dan bisa membahayakan petani jika terinjak,” terang Sudarwanto.
Yang terbawa aliran sungai saat banjir sebagian terbawa hingga ke laut. Arus laut membawa sampah yang terkumpul kembali ke sejumlah pantai.

Kondisi tersebut dibenarkan oleh Hendra, salah satu nelayan di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa. Sebagai nelayan tradisional dengan alat tangkap jaring payang menggunakan sistem tawur, sampah plastik kerap diperolehnya saat menangkap ikan.
“Sampah yang diperoleh rata rata lima hingga sepuluh kilogram berupa plastik yang berasal dari sungai sebagian dibuang langsung ke laut,” beber Hendra.