MEULABOH — Pengamat perikanan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar, Hafinuddin menyarankan pemerintah agar memperkuat sektor hilir dalam membangun industri perikanan tangkap di Aceh.
“Semua daerah sudah saatnya berfokus pada sektor hilir, bukan hanya Aceh Barat. Sebab kami melihat dari sisi produksi perikanan sudah lumayan bagus, tinggal pengelolaan setelah produksi yang harus diperkuat,” katanya di Meulaboh, Senin (3/12/2018).
Magister Teknologi Penangkapan Ikan dari University Malaysia Terenganu, ini menjelaskan, dari studi kasus yang telah dipetakan, Aceh Barat saat ini sudah menjadi pasar ketiga terbesar di Aceh dalam produksi perikanan tangkap.
Hanya, fasilitas di darat harus diperkuat untuk menyokong sektor perikanan, baik dari hasil laut maupun perairan umum, sebab dari sisi produksi sudah terlihat mencukupi, cuma kendala hasil produksi itu belum terkelola maksimal.
“Yang menjadi kendala hari ini produksi hasil tangkapan itu, bagaimana sampai ke konsumen dengan kondisi baik sehingga harga dikonsumen bisa menguntungkan bagi pelaku dunia usaha dan efeknya bagi nelayan sendiri,” sebutnya.
Selain itu, kata dia, alat penangkapan ikan (API) nelayan daerah setempat dan secara umum di Aceh sudah sangat memadai, termasuk ketersediaan armada atau kapal nelayan sudah banyak di atas 10 GT.
Wakil Dekan II FPIK UTU ini, menyampaikan, keluh kesah nelayan yang terjadi selama ini adalah, ketika hasil tangkapan melimpah tidak ada penampung sehingga tidak jarang nelayan memilih membongkar hasil tangkapan di luar daerah.
“Akhirnya mereka memilih mendaratkan tangkapan ke Lam Puloe (Aceh Besar), ini ‘kan merugikan dari sisi daerah, kehilangan PAD dan turunnaya merugi sampai kepada muge (pedagang ikan) karena tidak dapat barang,” imbuhnya.