2019, GNI Jadi Pusat Dokumentasi dan Riset Seni Rupa

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Galeri Nasional Indonesia (GNI) sebagai institusi budaya yang dirintis sejak 1960-anm, semakin menunjukkan eksistensinya sebagai tempat pameran seni rupa yang representatif. Pada 2019, GNI mempunyai tugas besar, salah satunya sebagai pusat dokumentasi dan riset seni rupa di Tanah Air, yang saat ini tengah dikerjakan tim GNI dan kurator.

“Galeri Nasional  tahun depan tugasnya sangat besar, bukan hanya sebagai tempat pameran, tapi juga menjadi pusat dokumentasi dan riset tentang seni rupa,” ujar Kepala Galeri Nasional Indonesia, Pustanto, saat jumpa pers kaleidoskop 2018, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis  (13/12/2018).

Lelaki kelahiran Sukoharjo, 20 Mei 1966, ini membeberkan, usaha mendokumentasi dan menjadi pusat seni rupa di Indonesia mulai dikerjakan GNI sejak pameran ‘Menyigi Masa’ tahun ini.

“Besok, kita akan mengundang institusi-institusi negara untuk berbicara mengenai usulan tersebut,“ beber lulus S1 Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta (1990), lulusan Magister Manajemen STIE IPWIJA, Jakarta (2008) dan – sekarang sedang menempuh pendidikan S3 Manajemen Sumber Daya Manusia di Universitas Pancasila, Jakarta.

Institusi yang diundang GNI, kata Pustanto, di antaranya adalah Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Kementerian Luar Negeri, Pemerintah Kota DKI Jakarta, BUMN, dan Pertamina.

“Di project pertama, kita ingin membangun kesadaran sesama pengelola pemerintah, bahwa publik punya hak untuk melihat lukisan yang ada di gedung mereka,” ungkapnya.

Pustanto menyampaikan, para pejabat dan yang berwenang yang diundang terlebih dahulu. “Bila terdapat karya seni rupa bentuknya 2D atau 3D, mau lukisan, patung, seni keramik, atau yang lainnya, izinkan kami untuk mendokumentasikan. Membuat katalognya,” tegasnya.

Lihat juga...