BANYUWANGI – Sebanyak 1.000 pelajar SD dan SMP di Banyuwangi belajar membatik dalam rangkaian Festival Canting Sewu di Banyuwangi, Jawa Timur.
Keterangan tertulis Pemkab Banyuwangi, Sabtu, menyebutkan, ribuan pelajar itu bersama-sama mencanting lilin (malam) ke atas kain hingga membentuk rangkaian motif yang indah yang digelar di lapangan Desa Tampo, Kecamatan Cluring.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, mengapresiasi antuasisme ribuan pelajar itu. Apresiasi ini layak diberikan karena mereka telah menjadi bagian dari upaya melestarikan warisan kekayaan leluhur bangsa Indonesia.
“Mereka terlihat asyik dan gembira, tangan mereka juga sudah terlihat terbiasa mencanting. Ini menunjukkan mereka sudah terbiasa dengan aktivitas mencanting,” kata Anas.
Tangan-tangan mungil terlihat lihai saat menorehkan cairan malam/lilin mengikuti pola motif lokal batik Banyuwangi yang tergambar dalam kain. Sambil sesekali bercanda dengan teman satu wajan lilin, mereka terlihat tekun saat melakukan ripitasi gerakan mencanting. Mengambil canting, meniupnya, hingga mengusapkan canting berisi lilin cair mengikuti motif.
Anas menambahkan, Desa Tampo merupakan salah satu sentra batik. Di desa itu terdapat sekitar 150 pekerja batik yang tertampung di enam UMKM batik. SD dan SMP yang berada di sekitar Desa Tampo juga telah memasukkan batik dalam kurikulumnya, bagian dari pelajaran seni, budaya, dan ketrampilan (SBK). Seperti di SDN 2 Tampo, tiap siswa dari kelas 4 – 6 SD mengikuti pelajaran membatik tiap pekan.
Desa Tampo, kata Anas, telah menjalankan apa yang Presiden Jokowi instruksikan agar sekolah memfasilitasi lahirnya generasi kreatif sesuai potensinya. Festival dan sekolah menjadi bagian regenerasi pembatik.