Edukasi Mitigasi Bencana Sejak Dini, Penting
Editor: Satmoko Budi Santoso
“Orang tua di Jepang, jauh lebih takut anak-anaknya tidak bisa antri dibandingkan tidak bisa matematika. Apa hubungannya dengan mitigasi bencana? Kebiasaan antri dan pengetahuan akan bencana akan membangun anak-anak tidak panik dalam menghadapi bencana. Mereka tahu dimana mereka harus berkumpul dan yang paling penting mereka tidak panik saat terjadi gempa. Ini kan berbeda jauh dengan di Indonesia, jangankan anak kecil, orang dewasanya juga panik,” lanjut Ariska lagi.
Belum ditambah dengan tidak terbiasanya masyarakat Indonesia mempersiapkan perlengkapan dalam menghadapi masa darurat.
“Mari kita mulai dengan diri kita sendiri. Apakah kita mengerti apa yang harus kita lakukan saat terjadi gempa? Apa yang harus kita siapkan? Apakah anak-anak kita mengerti apa itu gempa, apa itu tsunami. Jika di keluarga kita sudah, bagaimana dengan lingkungan kita. Jangan hanya bisa mencari kambing hitam pihak lain saja. Tapi mulailah dengan diri kita dan lingkungan kita,” ujar Ariska.
BMKG sendiri, dinyatakan Ariska, membuka diri untuk setiap pihak yang menginginkan edukasi terkait bencana maupun pelatihan mitigasi bencana. Tujuannya adalah untuk membangun suatu masyarakat yang mengerti akan bencana sehingga saat bencana terjadi, risiko korban maupun kerugian materi akan bisa dikurangi.
“Pengetahuan itu akan membuat masyarakat kuat. Dan juga akan menutup celah yang namanya hoax berkembang. Masyarakat menjadi tidak mudah panik dengan berita-berita yang bermunculan di sosial media,” tegas Ariska.
Disebutkan Ariska, media adalah salah satu pihak yang juga harus bertanggungjawab dalam melakukan edukasi secara berkelanjutan.