Pemuda Poros Perlindungan dan Promosi Warisan Budaya
YOGYAKARTA — Sebanyak 45 mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Vietnam, Laos, Filipina, dan Thailand mengikuti kegiatan “World Heritage Camp Indonesia” di Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Kegiatan itu bertujuan agar peserta memahami warisan budaya baik benda maupun tak benda Indonesia, khususnya di DIY dan kaitannya dengan Konvensi UNESCO yang terkait dengan budaya,” kata Kepala Seksi Pengelolaan Bidang Warisan Benda Dunia Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud, Anton Wibisono di Griya Batik Winotosastro Yogyakarta, Jumat (7/9/2018).
Melalui program itu, menurut dia, generasi muda memiliki kesempatan untuk menyuarakan perhatiannya dan menjadi terlibat dalam perlindungan warisan budaya dan alam bersama. Program itu mendorong anak muda menjadi pengambil keputusan untuk upaya pelestarian terhadap ancaman terus menerus yang terjadi pada warisan dunia.
“Pemuda memiliki semangat yang besar dan kemampuan berpikir kritis yang mampu menjadi poros pendorong dalam usaha pelindungan dan promosi warisan budaya dunia di Indonesia. Batik Indonesia pada 2009 ditetapkan UNESCO sebagai bagian dari warisan budaya tak benda dunia,” katanya.
Ia mengatakan, batik sebagai warisan budaya tak benda perlu dipahami bahwa bukan hanya hal-hal yang bersifat bendawi saja, melainkan dituntut untuk memahami batik lebih dalam terutama pada tata nilai instrinsik batik yang sangat berharga.
“Pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi kegiatan itu mempertimbangkan muatan bimbingan teknis (bimtek) yang nantinya akan memberikan peserta pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan/kondisi batik saat ini,” katanya.