Khozali, salah satu aparatur Desa Banjarmasin menyebut, sebanyak 112 warga desanya mengikuti OP gas elpiji ukuran tiga kilogram. Dia menyebut, sesuai hitungan jumlah setiap desa dijatah, satu tabung per KK. Sistem penyerahan KK berikut tabung, dikoordinir untuk menghindari warga membeli di luar jumlah yang telah ditentukan. “Pelaksanaan OP sangat tertib karena setiap warga dipanggil sesuai nomor urut kupon sekaligus nama sesuai kartu keluarga,” beber Khozali.
Indah, salah satu warga Desa Gayam menyebut, selama hampir dua bulan membeli gas elpiji subsidi ukuran tiga kilogram dengan harga Rp25ribu pertabung. Di beberapa warung gas, harga jualnya mencapai Rp30ribu pertabung. Indah menyayangkan, OP digelar hanya satu kali, dan jumlah yang dibeli dibatasi. Diharapkannya, setelah menggelar OP dengan harga Rp17ribu, pemerintah diminta membenahi pendisribusian gas dari distributor hingga pengecer. “Pihak agen menyebut distribusi lancar,tapi sampai pengecer harga mahal bahkan barang langka,” beber Indah.
Indah menyebut, penjualan tabung gas elpiji yang tidak dikontrol, membuat warga yang secara ekonomi mampu, masih memakai tabung untuk masyarakat miskin tersebut. Meski sosialisasi dilakukan, masih banyak warga yang secara ekonomi mampu, mau beralih membeli gas non subsidi. Sementara dari penggunaan, tabung gas 5,5 kilogram bisa digunakan untuk 45 hari. Gas 5,5 Kg oleh sejumlah pengguna dianggap lebih efesien, dan bisa dibeli di pangkalan dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pertamina.