Beberapa pekan sebelum OP digelar, Hiswana Migas telah melakukan sidak ke sejumlah lokasi. Dari upaya tersebut ditemukan, penggunaan gas tidak untuk peruntukan, diantaranya untuk bahan bakar mesin sedot air sawah.
OP gas bersubsidi digelar hingga Kamis (30/8/2018), untuk membantu masyarakat miskin yang kesulitan mendapat gas. Diimbau masyarakat yang sudah tergolong mampu, bisa beralih menggunakan gas non subsidi ukuran 5,5 kilogram yang juga disediakan dalam OP gas. Meski demikian, Qori Nilwan menyebut, belum bisa memastikan apakah OP gas murah masih akan digelar hingga bulan depan, saat di pengecer masih terjadi kelangkaan gas.
Didik, agen dari PT Nyala Lampung, salah satu agen yang dilibatkan pada OP menyebut, selama ini distribusi ke pengecer cukup lancar. Dia memastikan, stok dan pasokan selalu terpenuhi, sehingga saat terjadi kelangkaan, ada yang perlu dievaluasi.
Sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, Didik memilih ikut berpartisipasi dalam OP gas yang digelar oleh Pemkab Lamsel dan Hiswana Migas. “Sesuai arahan, kami dari PT Nyala Lampung dilibatkan dalam operasi pasar murah gas di Desa Gayam untuk alokasi lima desa dengan jumlah 560 tabung,” beber Didik.
Distribusi gas bekerjasama dengan aparat desa, sehingga pendistribusian gas elpiji berjalan tertib. Salah satu cara yang diterapkan adalah, pihak desa meminta warga membawa fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) saat akan membeli. Pembelian gas ukuran tiga kilogram dikoordinir di setiap desa, sehingga tidak terjadi kecurangan karena pembelian melebihi kuota. Jika pada awalnya diberi kesempatan membeli dua tabung, akibat tingginya permintaan, pembelian hanya dibatasi satu tabung per satu KK.