Jambu Mete, Komoditas Andalan Buah Lokal di Sikka
Editor: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Komoditi jambu mete yang menjadi salah satu andalan komoditas perkebunan di Kabupaten Sikka selain kakao dan kelapa mengalami kenaikan harga sejak awal bulan Agustus 2018 meski hasil produksi mete mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir.
“Kami menjual di pedagang Maumere seharga Rp20 ribu per kilogram yang ditimbang dengan kulitnya. Harga ini sebelumnya di bulan Juli hanya berkisar antara Rp15 ribu sampai Rp18 ribu per kilogram,” sebut Urbanus Usi, petani mete Desa Nebe, Senin (6/8/2018).
Warga Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka ini, menjelaskan, produksi jambu mete berkurang sebab sebelum pohon jambu mete berbunga harusnya turun hujan sehingga buah mete yang dihasilkan lebih banyak dan besar.

Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka. Foto : Ebed de Rosary
“Hujan tidak turun sehingga saat bulan Mei dalam satu pohon buahnya hanya sedikit sekali. Biji mete yang dihasilkan pun lebih kecil sehingga dalam satu pohon hanya menghasilkan 20 kilogram saja,” tuturnya.
Bila hujan maksimal, tambah Usi, dalam satu pohon sejak mulai panen bulan Juli sampai Agustus bisa menghasilkan 100 kilogram mete. Tapi pohon metenya pun yang berumur di atas 5 tahun dan mempunyai banyak ranting sementara yang berumur di bawah 5 tahun hasilnya sedikit.
Carolus Winfridus Keupung, Direktur Wahana Tani Mandiri menjelaskan, petani mete di Kabupaten Sikka maupun beberapa kabupaten tetangga seperti Flores Timur dan Ende mulai melakukan penanaman mete secara besar-besaran sejak tahun 1990-an.