Perempuan Sudan Selatan Berdemonstrasi Tuntut Pemimpin Akhiri Konflik
Para pegiat mengatakan kegiatan itu yang diselenggarakan untuk mengirim pesan jelas kepada semua pihak yang berperang dalam pembicaraan perdamaian untuk menghormati keinginan rakyat di atas kepentingan pribadi dan partai.
Wanita tersebut menyeru IGAD dan masyarakat internasional untuk melakukan tekanan sekuat mungkin agar semua pihak yang berunding dalam pembicaraan itu mau menandatangani kesepakatan perdamaian dan membuat mereka bertanggung-jawab bagi pelaksanaan kesepakatan perdamaian tersebut.
Pekan lalu, semua pihak yang berperang di Sudan Selatan menandatangani pengaturan keamanan peralihan di Ibu Kota Sudan, Khartoum, untuk melicinkan jalan bagi pelaksanaan mulus sektor keamanan selama masa peralihan.
Konflik Sudan Selatan, yang sekarang memasuki tahun kelima sejak konflik itu, meletus pada 2013 –setelah pasukan yang setia kepada Kiir dan mantan wakilnya, Machar, terlibat pertempuran.
Kesepakatan perdamaian 2015 guna mengakhiri kerusuhan kembali dilanggar pada Juli 2016, ketika pihak yang bertikai melanjutkan pertempuran di Juba, ibu kota negeri tersebut, sehingga memaksa Machar melarikan diri dan hidup di pengasingan.
Jutaan warga sipil Sudan Selatan telah mengungsi ke negara tetangga saat konflik berkecamuk terus kendati ada upaya masyarakat internasional untuk mengakhirinya. (Ant)