Sekolah Perempuan Diperlukan untuk Menekan Perdagangan Manusia

Editor: Irvan Syafari

MAUMERE –– Tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang serta rendahnya kualitas diri perempuan agar bisa bersaing dan memiliki kapasitas yang mumpuni membuat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI (PP PA) mendirikan sekolah perempuan.

“Sekolah perempuan adalah pusat pemberdayaan perempuan di tingkat masyarakat yang nyata, agar bisa menekan terjadinya perdagangan orang yang masih sangat tinggi di NTT,” sebut Asisten Deputi Kesetaraan Gender Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Pembangunan Keluarga Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Budi Mardaya,Jumat (20/4/2018).

Lanjut Budi, pihaknya ingin agar para perempuan yang akan bekerja di luar negeri bisa memiliki nilai jual.

“Para perempuan dididik sehingga dari segi pengetahuan dan keterampilan harus mumpuni.Mereka juga akan dididik ketetrampilan dan kemampuan berbicara serta berpikir agar dapat mengambil sebuah keputusan yang benar,” ungkapnya.

Para perempuan lanjut Budi, juga dididik keterampilan yang disesuaikan dengan kearifan lokal, sumber daya ekonomi yang ada di daerah mereka agar bisa dikembangkan untuk mendatangkan penghasilan. Dengan demikian para perempuan tidak lagi menjadi buruh migran.

“Sekolah perempuan ini sudah mulai dikembangkan di kabupaten TTS dan kita utamakan untuk dikembangkan di wilayah timur Indonesia seperti Maluku dan Papua. Ini terkait juga dengan kasus kekerasan terhadap perempuan yang masih tinggi dan perdagangan orang,” jelasnya.

Kepala dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sikka Germanus Goleng menjelaskan, pihaknya telah melakukan pembinaan kepada kelompok-kelompok anak muda terutama kaum perempuan untuk mengembangkan usaha.

Lihat juga...