Suasana Lengang, Toleransi Nyepi di Sejumlah Desa Adat

Editor: Satmoko

LAMPUNG – Sejumlah desa adat dengan mayoritas memeluk agama Hindu di antaranya Desa Tri Dharma Yoga, Sumber Nadi, Yogaloka serta sejumlah desa lain terlihat lengang selama perayaan Nyepi 1940 Saka.

Rangkaian perayaan Nyepi umat Hindu dilakukan dengan beragam prosesi di antaranya Melasti, Mecaru, Pengerupukan dan Catur Brata Penyepian. Suasana keseharian warga didominasi umat Hindu terlihat berbeda dibandingkan hari biasa.

Suasana pasar Tri Dharma Yoga yang kerap terlihat ramai oleh kegiatan pedagang saat pagi bahkan terlihat lengang.

Murti, salah satu pedagang yang biasa berjualan sayuran mengaku, sengaja pindah berjualan ke pasar Sri Pendowo selama perayaan Nyepi. Selain karena tidak ada pembeli ia menyebut desa yang mayoritas beragama Hindu tersebut tengah menjalankan catur brata penyepian.

“Kami yang beragama lain menghormati dengan tidak melakukan aktivitas yang mengganggu suasana ibadah sehingga mengalihkan proses berjualan ke pasar lain,” terang Murti, salah satu pedagang sayuran yang ditemui Cendana News, Sabtu (17/3/2018).

Murti menyebut, sesuai dengan namanya desa Tri Dharma Yoga juga menjadi salah satu desa yang dihuni oleh pemeluk tiga agama berbeda. Tiga pemeluk agama di desa tersebut diantaranya Hindu,Islam dan Katolik disebutnya hidup berdampingan dalam suasana toleransi tinggi. Murti menyebut saat perayaan agama masing masing sebagian besar warga tetap saling menghormati.

Desa Sumbernadi yang lengang selama Nyepi 1940 dan Saraswati [Foto: Henk Widi]
Ia bahkan menyebut sejumlah akses jalan masuk ke perkampungan yang kerap dilintasi sementara waktu warga memilih jalan lain. Selain tidak mengganggu umat Hindu yang tengah beribadah, warga lain juga sengaja ada yang ikut memadamkan lampu jalan saat malam Nyepi, tidak membunyikan musik keras dan bahkan tidak melintas dengan kendaraan motor maupun membunyikan klakson.

Lihat juga...