Plt. Bupati Sikka: Anak PAUD Jangan Dipaksa untuk Menghafal
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
MAUMERE — Umur emas seorang anak itu nol sampai enam tahun sehingga motoriknya harus dirancang mulai usia dini. Cuma saja metode pendidikan di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) semacam “dipaksakan”, anak-anak mulai diajar menghafal.
“Harusnya anak-anak diajak belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar. Anak-anak jangan dipaksakan untuk menghafal terlebih dahulu, biarkanlah kreatifitas dan imajinasi dia berkembang,” harap Drs.Paolus Nong Susar, Plt. Bupati Sikka, Kamis (1/3/2018).
Nong Susar sapaannya, meminta agar anak-anak diberi ruang yang sebebas-bebasnya agar ruang lingkup itu menjadi pembelajaran bagi mereka. Ini penting agar anak-anak bisa menghidupkan daya motorik dan afektifnya.
“Ini yang harus dilakukan di sekolah PAUD dan TK dimana ruang kreatifitas itu harus dibuka seluas-luasnya sebab anak-anak tersebut masih berusia di bawah 6 tahun. Ini yang harus jadi perhatian serius tutor atau guru PAUD dan TK,” tegasnya.
Pendidikan itu beber Nong Susar saat ditanyai Cendana News ada tiga dimana pertama pendidikan formal yang dimulai sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Kedua pendidikan non formal, berguna untuk menyiapkan tenaga wirausaha untuk menciptakan lapangan kerja sendiri.
“Ketiga ada pendidikan etika dimana di kabupaten Sikka penekanannya pada karakter sehingga dikembangkan pendidikan karakter Kulababong. Pendidikan karakter ini bertujuan membangun demokrasi yang dimulai dari lingkungan keluarga,” jelasnya.

Di dalam pendidikan karakter Kulababong kata Nong Susar, ada kearfifan lokal disana, dimana diajarkan untuk harus saling mendengarkan, komunikasi dua arah. Selain itu ada kesetaraan, memberikan masukan dan catatan.