Milisi Bersenjata Serang Akademi Militer di Kabul

Amerika Serikat baru-baru ini memperbesar bantuan militer untuk Afghanistan. Mereka juga lebih sering melancarkan serangan udara dengan target persembunyian Taliban untuk memaksa mereka maju ke meja perundingan.

Taliban membantah dugaan bahwa mereka telah melemah dan menyatakan bahwa bom pada Sabtu merupakan pesan untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump. “Kami punya pesan yang jelas untuk Trump dan para penjilatnya, jika kalian ingin meneruskan kebijakan agresi dan berbicara dengan tembakan senjata, jangan berharap rakyat Afghanistan menjawabnya dengan bunga,” kata juru bicara Taliban Zahibullah Mujahid dalam pernyataan tertulisnya.

Trump sendiri mengecam pengeboman pada Sabtu (27/1/2018) dengan ambulans yang menewaskan banyak warga. “Kami tidak akan membiarkan Taliban menang!” kata Trump di Twitter-nya.

Namun, presiden Ghani kini menghadapi keadaan sulit. Dia harus menghadapi benturan dengan politisi daerah, yang menolak kewenangan pusat dan sementara frustasi publik terus membesar karena masalah keamanan.

“Rakyat berpendapat pemerintah bekerja dengan sangat buruk sementara badan keamanan hanya memikirkan diri sendiri. Di sisi lain, koalisi internasional hanya ingin bertempur dari udara dan tidak punya informasi intelejen yang bisa diandalkan,” kata Dosen Ilmu Politik di Universitas Kabul Najib Mahmood.

Hanya beberapa jam setelah serangan di akademi militer tersebut, Presiden Indonesia Joko Widodo mendarat di Kabul. Jokowi mengatakan bahwa ulama dari Indonesia bisa membantu perdamaian di Afghanistan. (Ant)

Lihat juga...