KOTA MEKSIKO – Meksiko tetap menjadi negara paling berbahaya bagi kalangan jurnalis pemburu berita. Meski saat ini dari catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Meksiko sedang berusaha untuk meningkatan keamanan bagi wartawan.
PBB menyebut, Meksiko sedang melakukan proses upaya penuntutan terhadap para penindas wartawan. Meski untuk kasus pembunuhan terakhir, Jaksa federal Meksiko belum menetapkan hukuman apapun atas pelaku kejahatan terhadap wartawan.
“Proses penyelidikan dinilai tidak efektif karena kurangnya sumber daya yang dimiliki,” ujar Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Berekspresi David Kaye, dan rekannya dari Komisi Hak Asasi Manusia Antar-Amerika, Edison Lanza, Selasa (5/12/2017) dalam laporan yang disusunnya setelah berkeliling ke Meksiko.
Kaye dan Lanza mengeluarkan sebuah laporan pendahuluan yang menggambarkan sebuah keadaan krisis kemanusiaan mendalam terjadi di Meksiko. Laporan disusun setelah melakukan kunjungan selama seminggu di Kota Meksiko dan negara bagian Veracruz, Guerrero, Tamaulipas serta Sinaloa.
Selain laporan tersebut, mereka juga berencana mengeluarkan rekomendasi terperinci untuk persoalan tersebut. Direncanakan rekomendasi tersebut akan dikeluarkan pada musim semi mendatang.
“Jaksa terdahulu tidak memiliki keinginan politik yang sama untuk sungguh-sungguh menyelesaikan pekerjaan ini. Hanya perlu sedikit perhatian untuk menyelesaikan masalah ini dengan benar. Semoga apa yang kita dengar bukan hanya perkataan belaka karena kami berada di sini,” Ujar Kaye yang selama kunjungan di Meksiko bertemu dengan 250 wartawan.
Seorang fotografer berita di negara bagian San Luis Potosi, pada akhir Oktober lalu menjadi jurnalis ke-11 yang tewas terbunuh sepanjang 2017. Menurut kelompok advokasi Article 19, jumlahnhya menyamai jumlah korban tewas pada 2016. Tahun lalu disebut sebagai tahun paling berdarah bagi jurnalis di Meksiko.