Akademisi Undana: Produksi Pangan NTT Terhambat Anomali Iklim
Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya luas panen dan produktivitas masing-masing sebesar 7,90 persen dan 6,41 persen.
Sementara katanya produksi jagung Tahun 2015 sebesar 685.081 ton pipilan kering juga meningkat 5,87 persen dari tahun sebelumnya disebabkan oleh peningkatan luas panen.
Sedangkan luas tanam jagung di NTT per Desember 2016, mencapai 180.824 ha atau terluas jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Tanah Air.
Menurut Leta Levis potensi lahan yang dimiliki NTT untuk pengembangan jagung cukup tersedia. Bahkan jika dibandingkan dengan Nusa Tenggara Barat sebagai provinsi tetangga dari NTT menunjukkan bahwa luas tanam jagung di daerah berbasis kepulauan ini masih cukup luas yaitu sebesar 43.940 hektare.
“Kalau jika dibandingan dengan NTB luas lahannya hanya mencapai 28.679 hektar. Artinya luas lahan tanam jangung di NTT sangat besar,” katanya.
Hanya saja menurut Ketua Penyuluh Pertanian NTT ini, kejadian iklim ekstrem merupakan salah satu dampak perubahan iklim yang dapat juga mengganggu kegiatan di berbagai sektor.
Berikut kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang beriringan dengan perkembangan teknologi serta pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi telah membuka peluang bagi para petani untuk beralih profesi ke sektor lain.
Bahkan kata dia pola bertani pun ikut bergeser dari sistem manual yang membutuhkan tenaga manusia menuju ke sistem modern yang mengandalkan teknologi, sehingga apabila pemerintah tidak sanggup menyesuaikan dengan kondisi itu, maka peralihan itu terus mengalir dan meninggalkan profesi ini.
Pada titik ini kata dia pengembangan progam mina padi yang dilaksanakan Kementerian Kelautan dan Perikanan penting dilakukan karena sejalan dengan target Presiden Joko Widodo untuk swasembada pangan khususnya beras, jagung, dan kedelai pada 2018.