Warga Lamsel Manfaatkan Randu untuk Konservasi dan Ekonomi

Tanaman Korservasi Air

Pada beberapa lahan perkebunan tanaman randu menurut Rusdi kerap tumbuh hingga besar bahkan seperti di wilayah Mandalasari menjadi sumber mata air yang kerap dijadikan belik. Biasanya warga memanfaatkannya pada saat musim kemarau, karena masih menghasilkan air bersih dari bawah pohon randu. Tanaman randu bisa dipergunakan sebagai tanaman konservasi dan rehabilitasi lahan untuk penyimpan air.

Pemanfaatan kapuk saat ini sekaligus sebagai tabungan dengan hasil panen kapuk sekitar September dan Oktober dengan harga kapuk masih memiliki biji atau kelenteng dijual dengan harga Rp15.000 per kilogram sementara kapuk bersih dijual dengan harga Rp30.000 perkilogram di pengrajin kasur dan bantal.

Selain didatangi langsung oleh produsen kapuk, kapuk yang sudah dipanen sengaja dikumpulkan hingga berjumlah banyak dengan berat mencapai 100 kilogram dengan hasil sekitar Rp3juta untuk kapuk yang sudah bersih dari biji.

Tanaman randu ditanam tanpa perawatan khusus dan tumbuh secara alami tanpa bahan kimia. Kapuk yang dihasilkan cocok dipergunakan sebagai bahan pengisi kasur dan bantal, sekalipun saat ini sudah banyak tergeser dengan penggunaan kasur busa.

Tini, isteri Rusdi bahkan mengaku selain menjual sebagian kapuk yang dimiliki dengan hasil sekitar ratusan ribu rupiah dirinya juga membuat kasur dan bantal dari kapuk.

“Lumayan saya tidak harus membeli kasur karena bisa saya peroleh dari kebun sendiri dengan memetik sebagian jatuh sendiri lalu dikumpulkan dan dibersihkan dengan memisahkan kapuk dengan bijinya,” terang Tini.

Manfaat pohon randu yang kerap tumbuh di hutan secara alami tersebut masih cukup bermanfaat secara ekonomis tersebut membuat warga Desa Mandalasari, Kecamatan Sragi masih mempertahankan tanaman randu hingga kini. Sebagian warga bahkan bisa berhemat tanpa harus membeli papan di toko bangunan dengan menebang pohon randu untuk pembuatan papan cor.

Lihat juga...