“Apabila metode ini sudah berkembang secara massal, maka ikan lele yang didatangkan dari luar Bali dapat dikurangi masuk ke Pulau Dewata umumnya dan Badung khususnya. Bila perlu distribusinya ikan lele dari luar Bali ini distop jika sudah terpenuhi di Badung,” ujarnya.
Ia mengatakan, budidaya ikan lele dengan metode bioflok ini memiliki keuntungan sangat banyak yakni, tidak memerlukan lahan luas, budidaya ikan dengan sistem ini lebih irit dalam pemberian makanan buatan dan sistem ini dapat dikembangkan di pekarangan rumah untuk lebih optimal dalam pengawasannya.
Selain itu, metode ini panen ikan lele lebih cepat dilakukan dibandingkan pada penebaran ikan di kolam-kolam pada umumnya. “Saya contohkan, kalau budidaya ikan lele di kolam pada umunya hanya bisa menampung 200 ekor per meter persegi, namun dengan sistem bioflok ini dapat menampung 1.000 ekor ikan per meter perseginya,” katanya.
Terkait pelaksanaan budidaya ikan lele secara massal dengan sistem ini, Dinas Perikanan Badung akan mengajukan permohonan bantuan anggaran ke pusat melalui Kementerian Perikanan dan Kelautan.
“Kami akan memotivasi para petani di Badung untuk membuat kelompok petani ikan lele yang berbadan hukum dari notaris,” ujarnya (Ant).