JAMBI — Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jambi menyatakan produksi ikan budidaya keramba di Sungai Batanghari Jambi turun disebabkan kualitas air buruk atau keruh karena tercemar.
“Kondisi air di Sungai Batanghari sudah tercemar, keadaan air yang keruh membuat benih ikan yang baru diletakan di kerambah tidak dapat bertahan lama karena insang ikan tertutup lumpur,” kata Kepala DKP Provinsi Jambi, Temawisman di Jambi, Jumat (6/10).
Beruntung petani budidaya ikan yang membuat kerambah apung di Sungai Batanghari kebanyakan membudidayakan ikan nila. Yang mana ikan jenia ini memiliki ketahanan fisik yang cukup baik.
“Jika mereka membudidayakan ikan patin atau jenis lain maka petani budidaya akan rugi besar,” kataya.
Dia mencontohkan petani yang ada kawasan Desa Sungai Duren dan Pematang Jering, Kabupaten Muarojambi, biasanya setiap hari petani ikan di kawasan itu mampu memasok paling tidak sebanyak 20 Ton ikan nila per hari. Namun saat ini petani hanya mampu mengasilkan 10-15 ton ikan per hari.
Dengan jumlah tersebut terjadi penurunan produksi ikan nila sekitar 35 persen, dan penurunan ini terjadi diseluruh kawasan budidaya ikan yang menggunakan keramba apung di sepanjang Sungai Batanghari.
Temawisman mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk menangani permasalahan kualitas air Sungai Batanghari tersebut, terutama dengan Dinas Lingkungan Hidup.
Menurutnya buruknya kualitas air di Sungai Batanghari diakibatkan aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di kawasan hulu sungai. Ini diketahui dari pemeriksaan yang dilakukan di insang ikan banyak dipenuhi dengan lumpur.