Tradisi Makan Lesehan Ala Santri Ponpes, Upaya Merawat Nilai Kebersamaan
MATARAM — Makan lesehan secara bersama dalam satu wadah mungkin sudah jarang bisa kita temukan, terutama pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan moderen yang cendrung individualistik. Makan bersama atau dalam bahasa suku Sasak Lombok disebut ‘begibung’ mungkin tidak akan bisa kita temukan.
Tradisi makan lesehan dalam satu wadah lengkap dengan lauknya hanya masih bisa ditemukan pada masyarakat pedesaan di acara begawe atau pesta pernikahan dan pondok pesantren (Ponpes) tertentu yang diterapkan kepada santri.
Ponpes Sirajul Huda, Desa Durian, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) misalkan, acara makan bersama dengan cara lesehan di antara santri bisa dilakukan, baik dalam setiap kesempatan ada acara maupun keseharian dengan sesama santri.
Tradisi makan bersama secara lesehan sendiri, merupakan tradisi turun temurun dan sebagai ciri khas dari anak santri selama menempuh pendidikan di lingkungan pesantren bersama santri lain.
“Kalau makan bareng dengan cara lesehan, bagi kita anak pondok sudah biasa, sebagai bentuk kebersamaan dengan santri lain,” kata Sri, Santri Ponpes Sirajul Huda Lombok Tengah, Minggu (13/8/2017).
Diakui Sri, dulu ketika baru pertama kali masuk Ponpes dengan pola makan bersama secara lesehan, dirinya sempat malu berbaur bersama santri lain untuk makan dalam satu wadah secara lesehan, karena tidak pernah terbiasa.
Tapi lambat laun dirinya terbiasa juga dan merasa senang bisa secara bersama-sama menikmati hidangan sama, dengan lauk yang sama, tanpa harus merasa malu, tidak ada perbedaan, yang ada justru kebersamaan.
Ahmad Jumaely, Ustaz sekaligus Pengasuh Ponpes Sirajul Huda Lombok mengatakan, makan bersama dengan cara lesehan sebenarnya tidak saja sekedar acara makan bersama, tanpa makna.