Pengurus Posdaya sebagai kader-kader Damandiri yang berada di ujung tombak pemberdayaan juga harus diacungi jempol. Bagaimana para ibu rumah tangga ini meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk masyarakat, patut dijadikan suri tauladan. “Para pengurus meletakkan kepentingan masyarakat sebagai sebuah hal penting untuk diperjuangkan. Metode mereka bergerak secara militan, dan tidak semua orang memiliki semangat itu,” lanjut Nanang.
Posdaya Bahagia bentukan Yayasan Damandiri merupakan Posdaya pertama di wilayah Kelurahan Ceger. Namun, tidak tertutup kemungkinan akan hadir Posdaya berikutnya di wilayah Ceger, karena Yayasan Damandiri memiliki kebijakan menempatkan 1 Posdaya di tingkat Rukun Warga (RW).
“Semoga kegiatan ini bisa berkembang. Maksud saya semoga bisa lahir Posdaya berikutnya di wilayah Ceger. Mengenai siapa penggeraknya, saya percaya Yayasan Damandiri maupun Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Trilogi punya cara tersendiri dalam melihat potensi masyarakat. Dengan cara pembinaan seperti ini, saya yakin kader-kader Damandiri akan terus bermunculan,” tutup Nanang, mengakhiri perbincangan.
Bank Sampah, Kebun Bergizi dan Tabur Puja sebagai pendukung wirausaha ekonomi mikro warga RW01 Ceger menjadi bukti nyata totalitas Damandiri di wilayah Ceger. Kegiatan sosial yang menjadi rutinitas, itulah yang dilakukan Damandiri dengan para kader binaannya di Posdaya Bahagia RW 01 Ceger. Peduli akan keadaan masyarakat dan lingkungan, serta semangat gotong-royong yang tak pernah padam, menjadi kesimpulan menarik untuk program pemberdayaan Yayasan Damandiri.
Jurnalis: Miechell Koagouw/ Editor: Koko Triarko/ Foto: Miechell Koagouw