SENIN 30 JANUARI 2017
LAMPUNG—Abrasi kini menjadi ancaman menakutkan bagi sebagian warga di Dusun Maja Desa Maja Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Mereka mulai kuatir dengan kondisi pengikisan bibir pantai yang disebabkan gelombang kencang perairan laut Kalianda. Pengikisan itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
![]() |
Rumah warga di Desa Maja Kecamatan Kalianda yang terkena abrasi. |
Menurut Ana (32) dan sang suami Andi (38, warga Kalianda abrasi mengakibatkan sebagian pondasi di belakang rumahnya roboh sudah terjadi beberapa tahun dan sebagian sudah diperbaiki. Namun di sebelah rumah yang merupakan rumah tak berpenghuni milik Iskandar warga Desa Maja sebagian sudah hancur pada bagian dapur akibat gempuran ombak pesisir pantai yang menghadap ke perairan Selat Sunda tersebut.
Menurut Ana, abrasi yang menghancurkan bagian bangunan dapur,pondasi rumah serta bagian bangunan miliknya dan orangtua sudah terjadi beberapa kali dan upaya perbaikan telah dilakukan. Akibat abrasi tersebut beberapa pohon yang tumbuh sejak beberapa tahun silam di pesisir pantai roboh karena akar yang tergerus ombak disertai angin kencang.
“Sementara kami lakukan perbaikan dengan membuat tanggul penahan dari semen sekaligus pondasi satu meter dari pondasi rumah tapi ombak juga masih menerjang di bagian belakang rumah,” ungkap Ana dan Andi saat ditemui di belakang rumah yang terimbas abrasi di Desa Maja Kecamatan Kalianda Lampung Selatan,Senin (30/1/2017). Rumah warga yang berada di tepi pantai sepanjang pesisir Kalianda sebagian kerap mengalami kebanjiran terutama saat pasang air laut.
Ana mengungkapkan semenjak puluhan tahun lalu sebagian rumah yang tinggal di pesisir pantai Maja Kalianda belum mengalami abrasi. Sayangnya, akibat ombak yang terus menerjang di wilayah tersebut berimbas pepohonan tumbang. Ana yang sudah tiga puluh tahun tinggal di wilayah pesisir Kalianda bahkan mengingat air laut tidak pernah naik hingga ke jalan pesisir Kalianda sebelumnya. Kini saat ombak besar kerap naik ke daratan terutama pada saat angin Barat dan gelombang tinggi.
Sebagian warga di wilayah tersebut telah mengusulkan untuk pembuatan talud penahan gelombang. Namun baru pada beberapa titik yang dibuat penahan gelombang atau bangunan pemecah ombak oleh pemerintah. Sebagian masyarakat secara swadaya melakukan pembuatan tanggul penahan ombak dengan menyusun batu batu karang di belakang tempat tinggal untuk menahan terjangan ombak.
Ana mengakui tinggal di bibir pantai memiliki resiko rumah mengalami abrasi dan mengalami bahaya terkena terjangan ombak pantai dan kerusakan. Langkah perbaikan saat kerusakan terjadi menjadi pilihan sehingga ia dan keluarganya menyiapkan batu batu dan pasir untuk melakukan perbaikan saat bagian rumahnya diterjang ombak dan abrasi.
Selain beberapa rumah yang berderet dan masih rumah keluarganya,beberapa rumah yang berada di pesisir pantai tersebut rentan terkena abrasi. Bagi yang memiliki lahan di lokasi yang jauh dari pantai ungkap Ana memilih untuk pindah tempat tinggal. Hanya saja dia dan suaminya tetap bertahan karena hanya memiliki lahan yang berada di dekat pantai meski dengan resiko terimbas abrasi pantai.
![]() |
Abrasi pantai akibatkan pondasi rumah hancur. |
Jurnalis: Henk Widi/Editor: Irvan Sjafari/Foto: Henk Widi