SABTU, 24 SEPTEMBER 2016
JAKARTA — Negara ini terbentuk dari usaha keras jiwa-jiwa pemberani dari Sabang sampai Merauke yang berjuang untuk meraih kemerdekaan dan kebebasan sebagai manusia merdeka. Ada semangat, pengorbanan, dan dari dua hal ini lahir kisah-kisah heroik para pemberani berjiwa prajurit sejati.
Semangat pantang menyerah dan rela berkorban bagi orang lain serta bangsa dan negara adalah ciri prajurit sejati. Dari sinilah akar munculnya patriotisme dan nasionalisme warga negara dalam bernegara.
Presiden kedua RI, HM. Soeharto sangat mengerti konsep ini, dan beliau ingin seluruh rakyat Indonesia memiliki semangat tersebut. Oleh karena itulah maka diatas tanah seluas 4,5 hektar, dengan bangunan klasik abad ke-16, berbentuk benteng persegi lima seluas 5.500 meter persegi yang memiliki 5 (lima) menara pengintai, diresmikanlah Museum Keprajuritan Indonesia pada tanggal 5 Juli 1987 berkedudukan di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur.
Saat ini, Museum Keprajuritan Indonesia Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berada dibawah naungan Pusat Sejarah TNI (Pusjarah TNI) dan dipimpin oleh seorang Kepala Museum (Kamus), Letnan Kolonel Hudaya Sri.
Mulai mengupas penampilan fisik Museum, maka halaman depan Museum terdapat danau buatan lengkap dengan dermaga mini serta dua kapal laut tradisional yaitu Phinisi (perahu layar Bugis) dan perahu layar Banten. Tampak depan museum ini juga sangat unik karena ditempatkannya sepasang meriam mendampingi bendera Merah Putih yang berkibar gagah.
Bagian luar museum, terdapat perpaduan relief dengan dinding benteng yang menyajikan 19 kisah para prajurit pemberani bangsa ini yang berjuang dengan tujuan mulianya masing-masing sejak abad ke-7 hingga abad ke-19. Dan di bagian dalam museum menyajikan 14 diorama perlawanan bangsa ini untuk menjadi bangsa yang merdeka dari belenggu penjajahan.
Dari seluruh peristiwa yang terjadi dan diabadikan di Museum Keprajuritan Indonesia, ada tiga kisah heroik yang cukup menarik untuk disimak, yaitu :
1. Raden Wijaya mengusir Tentara Mongolia Tahun 1292
Jika dicermati maka kisah ini sangat berliku dimana setiap tokoh didalamnya saling berkaitan erat antara satu sama lain. Akan tetapi kisah ini intinya adalah sejarah atau cikal bakal terbentuknya sebuah Kerajaan bersejarah dimana konsep wawasan nusantara bangsa ini berasal.
Raden wijaya bersama rekan-rekannya para perwira Kerajaan Singosari Ranggalawe, Nambi, Lembusora, dengan dibantu Aria wiraraja dari wilayah Madura berusaha menjatuhkan Raja Jayakatwang dari Kediri yang sudah menguasai Kerajaan Singosari setelah menyingkirkan Raja Kertanegara yang adalah mertua dari Raden wijaya.
Raden Wijaya bersama rekan-rekannya tersebut akhirnya berpura-pura masuk ke lingkungan Raja Jayakatwang untuk berdamai sehingga diberikanlah wilayah bernama Hutan Tarik untuk dibuka menjadi pemukiman bagi orang-orang Raden wijaya.

Jauh sebelum kisah itu, sebelum terbunuh oleh Jayakatwang maka Raja Kertanegara dari Singosari pernah melakukan penghinaan terhadap utusan Raja Kubilai Khan dari Mongolia yang saat itu sedang menguasai Cina. Kertanegara tidak mau tunduk dan memberikan upeti kepada Kubilai Khan. Oleh karena itulah Kubilai Khan mengirim puluhan ribu bala tentara Tar Tar dibawah pimpinan 3 (tiga) panglima terkuat mereka Ike Mese, Shih Pi, dan Kau Hsing untuk menyerang Singosari. Namun sesampainya mereka di tanah Jawa ternyata Singosari sudah hancur oleh Kerajaan Kediri dengan Raja baru bernama Jayakatwang. Rencana tetap dijalankan karena misi Kaisar Kubilai Khan adalah menaklukkan tanah Jawa walau siapapun pemimpinnya.
Singkat cerita, bala tentara Tar Tar akhirnya bergabung bersama Raden wijaya dan pengikutnya di hutan Tarik dengan bantuan Aria wiraraja. Namun tujuan kedua kubu adalah berbeda, bala tentara Tar Tar ingin menguasai tanah Jawa sedangkan Raden wijaya ingin membangun kembali sebuah Kerajaan baru sekaligus mengusir Jayakatwang yang sudah berkhianat terhadap Raja Kertanegara sebelumnya. Kedua tujuan ini jika dicermati akan berujung pada siapapun pemenang pertempuran tersebut maka harus mengakui sekaligus tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan.
Merekapun menyerbu Kerajaan Singosari pimpinan Raja Jayakatwang dari Kediri. Setelah misi penyerbuan berhasil dan Kerajaan Singosari pimpinan Raja Jayakatwang berhasil dihancurkan maka Raden wijaya mengambil sebuah keputusan penting dengan menyerang balik bala tentara Tar Tar satu bulan setelah kemenangan tersebut. Ribuan bala tentara Tar Tar tewas dan ribuan lagi tercerai berai melarikan diri dalam pertempuran itu. Merasa kekuatannya tercerai berai dan butuh waktu lama untuk menyusun strategi maka ketiga panglima Tar Tar memutuskan kembali ke China.
Guratan sejarah Raden wijaya ini merupakan cikal bakal lahirnya sebuah Kerajaan Besar bernama Majapahit yang mencapai masa keemasan di era Prabu Hayam Wuruk bersama Maha Patih Gajah Mada yang dikenal dengan Sumpah Palapa untuk menyatukan nusantara.
2. Pertempuran Benteng Sao Paolo di Maluku Tahun 1575
Portugis kalah telak dari Kesultanan Ternate dibawah pimpinan Sultan Khairun di ambon dan ternate, lalu mereka menggunakan kelicikannya untuk berdamai dengan Sultan Khairun. Portugis mengundang Sultan datang tanpa pengawalan ke Benteng Sao Paolo untuk berunding. Dengan gagah berani dan berjiwa ksatria, Sultan menepati dengan hati jujur akan janjinya untuk datang tanpa pengawalan. Dan sesampai di dalam Benteng maka ia dihabisi oleh pasukan Portugis yang mengira mental rakyat akan hancur, tapi ternyata mereka keliru.
Pembunuhan Sultan Khairun justru memicu kemarahan lebih besar dari dewan adat di Ternate dan Maluku. Mereka akhirnya sepakat mengangkat Kaicil Baab sebagai Sultan yang baru dengan gelar Sultan Baabullah Datu Syah. Setelah itu, dengan kekuatan armada laut terbaiknya ditambah 120.000 pasukan maka Sultan Baabullah menyerbu Benteng Sao Paolo dan mengepungnya. Setelah pengepungan dan pertempuran cukup lama, akhirnya strategi Sultan untuk memutus komunikasi serta jalur transportasi diikuti gempuran terus menerus maka Benteng Sao Paolo jatuh juga.
Sultan Baabullah Datu Syah adalah pemimpin Kesultanan Ternate ke-24 yang antara tahun 1570 – 1583. Ia dikenal sebagai sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah yang berhasil mengalahkan Portugis sekaligus mengantarkan Ternate ke puncak keemasan di akhir abad ke-16. Sultan Baabullah juga dikenal dengan julukan penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau-pulau di nusantara bagian timur sampai ke mindanao selatan dan kepulauan marshall.
3. Sultan Agung Menyerang Kasteel Batavia 1628
Karena tidak mau mengijinkan VOC membuka wilayah dagang di wilayahnya, maka hubungan dagang antara Sultan Agung Raja Mataram yang menguasai sebagian besar Pulau Jawa kala itu dengan VOC agak renggang. SUltan Agung tidak mau membiarkan VOC menguasai Pulau Jawa karena beliau berfikir jika perdagangan sudah dikuasai maka VOC akan membangun Benteng lalu mengambil Pulau Jawa dengan kekuatan Militer.
Setelah lama hubungan keduanya renggang, maka Sultan Agung mengirimkan utusan untuk berbicara dengan pihak VOC. Akan tetapi VOC menolak mentah-mentah sehingga Sultan Agung sebagai penguasa tanah Jawa merasa terhina dan memutuskan untuk mengusir VOC dengan kekuatan militer atau perang.
Perang antara Kerajaan Mataram pimpinan Sultan Agung dengan VOC (Belanda) ini terjadi selama kurun waktu satu tahun dengan melibatkan mobilisasi prajurit yang cukup besar yaitu kurang lebih 24.000 orang prajurit Mataram.
Walaupun belum ada satupun tulisan sejarah yang memastikan kemenangan dari pertempuran ini, namun puluhan prajurit yang terlibat dalam pertempuran ini datang ke Batavia dengan satu tujuan yaitu mengusir VOC dari Batavia.
Selain relief dan diorama, maka Museum Keprajuritan Indonesia juga memiliki benda benda lain yang dipamerkan berupa replika senjata, pakaian perang, panji-panji kerajaan, serta boneka peraga yang memakai busana prajurit tradisional.

Di halaman lantai satu Museum diletakkan sebanyak 23 buah patung-patung perunggu berukuran satu seperempat kali ukuran tubuh manusia yang mengelilingi sebuah panggung terbuka besar serba guna. Patung-patung tersebut adalah patung para pahlawan nasional atau tokoh-tokoh prajurit kenamaan dari seluruh nusantara mulai dari Gajahmada, Cut Nyak Dien, Kapitan Pattimura dan patung pahlawan lainnya.
Luar biasa semua yang ditampilkan oleh Museum Keprajuritan Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah. Akan tetapi pernahkah terlintas dibenak semuanya apa makna sebenarnya dari Museum Keprajuritan ini. Maksudnya, apa yang hendak dikatakan oleh Museum Keprajuritan kepada seluruh pengunjung yang datang.
Museum Keprajuritan Indonesia adalah Indonesia itu sendiri. Dikatakan demikian karena mulai dari halaman muka Museum sebagian besar digambarkan sebagai perairan lengkap dengan dermaga kecil. Itu adalah mewakili wilayah nusantara yang dikelilingi lautan dan menjadi poros maritim dunia.
Bangunan benteng persegi lima adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lima menara pengawas yang ada di tiap sudut Benteng menggambarkan Pancasila yang terdiri dari 5 (lima) sila sebagai dasar atau falsafah hidup seluruh rakyat Indonesia, acuan moralitas kepada Tuhan dan sesama manusia, sekaligus filter kewaspadaan bangsa terhadap setiap ancaman dari luar maupun dari dalam.
Semua yang ada didalam Benteng atau di dalam Museum adalah rakyat Indonesia itu sendiri. Rakyat yang hidup dan bertumbuh dalam satu kesatuan utuh bersama-sama. Rakyat yang memiliki sejarah perjuangan panjang dari para prajurit pemberani bangsa ini. Dimana dari jiwa-jiwa prajurit sejati tersebut lahir manusia-manusia patriotik dan bernasionalisme tinggi dalam tatanan moralitas dan religi yang baik pula.
Itulah yang coba dikatakan oleh Museum Keprajuritan Indonesia kepada semua orang. Entah sudah ada yang menyadari atau tidak, akan tetapi inilah konsep yang mendasari pembangunan Museum Keprajuritan Indonesia.
[Miechell Koagouw]