Peneliti Antropologi Nilai Pariwisata Dan Budaya di Sulut Terpinggirkan

fasilias yang minim di dermaga Pulau Bunaken
MANADO — Pariwisata dan Budaya merupakan dua kata yang berbeda namun memiliki arti yang saling terkait dan sangat luas. Namun dua kata ini tidak memiliki arti yang berguna jika tidak ada aktifitas dan kegiatan yang dilakukannya. Di Manado dan Kabupaten kota, banyak tempat wisata dan nilai-nilai seni budaya seperti cagar alam, situs dan lokasi budaya yang bisa dijadikan obyek wisata, namun kini sudah tidak diperhatiakan oleh Pemerintah setempat, sehingga pariwisata dan budaya kini sudah terpinggirkan.
Peneliti Antropolodi dan Budaya dari Balai Pelestarian Seni Budaya Sulut Sulawesi Utara, Tengah dan Gorontalo (Suluttenggo) Steven Sumolang menegaskan, sejak tiga tahun terakhir melakukan penelitian di seluruh  kabupaten kota di Sulawesi Utara (Sulut), hampir ditemukan situs dan cagar budaya yang bisa jadi lokasi pariwisata kini sudah tidak terawat lagi dan hanya dibiarkan apa adanya, padahal menurut Steven Pemerintah setempat, memiliki anggaran dari Dinas Pariwsisata dan Kebudayaan (Disparbud) setempat untuk merawat, menjaga dan melestarikan seni, dan buyada serta obyek wisata yang ada di daerah.
“Sangat disayangkan, banyak cagar budaya dan situs sudah rusak dan tidak terawat lagi, padahal itu merupakan nilai budaya yang memiliki nilai sejarah dan historis yang tinggi dan bisa berguna untuk anak cucu kita”, ungkapnya kepada Cendana News, Jumat (06/11/2015).
Menurut Sumolang, sebagai pengamat budaya Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, sangat disayangkan Pemerintah yang memilki kekuatan dana untuk mengembangkan kearifan lokal dan potensi yang dimiliki daerah, itu tidak diperhatikan bahkan kini banyak nilai-nilai budaya dan lokasi sejarah yang sudah hilang dan tak ada bekasnya.
“Di Manado dulu ada benteng Asmterdam saat penjajahan Belanda lalu, namun Benteng itu sudah tidak ada lagi karena tempat berdirinya benteng Amsterdam sudah dibangun pertokoan dan bangunan yang tidak ada nilai budayanya, sehingga lenyap ditelan bumi. Kalau dibandingkan di Kabupaten kota di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah, disana di jaga dan dipelihara dengan baik, sehingga menjadi aset untuk mengangkat pendapatan asli daerah dari segi budaya dan pariwisata,” tegasnya.
Salah satu lokasi pariwisata yang terkenal di Manado yaitu Pulau Bunaken, meski terkenal sampe mancanegara, namun Bunaken cukup minim fasilitas saat kita berkunjung kesana. Waktu yang ditempuh menggunakan kapal motor lewat laut meski hanya kurang lebih 30 menit dari kota Manado.
Saat tiba disana hanya disugukan dengan keindahan pantai dan karang dan ribuan species ikan yang berenang, namun fasilitis penunjang seperti dermaga, toilet dan fasilitas laiinya minim, bahkan hanya tersedia apa adanya.
Jika diperhatikan, ribuan wisatawan yang datang setiap tahun ke Bunaken, sehingga dana yang dihimpung sudah ratusan bahkan milliaran rupiah, tapi fasilitas yang disugukan saat ke Pulau Bunaken sangat terbatas dan kurang menarik, sehingga nilai pariwisata dan budaya yang ada di Pulau Bunaken tak ada lagi.
Dia menyebutkan sering ke Pulau Bunakan, tapi setiap tahun kesana (Bunaken) , tak ada peruban yang dibuat oleh pemerintah dan pengelolah setempat, bagaimana mau maju, apa lagi katanya tahun 2016 mendatang akan dicanangkan program Ayo ke Sulut. 
“Ya semoga Gubernur Sulut bisa merubah semua pemikirian kepala daerah terutama mereka yang akan duduk nanti agar lebih konsen dalam bidang pariwisata dan budaya, agar daerah ini bisa maju dan tidak berjalan ditempat” kata David Stuart wisatawan Australia yang ditemui di pelabuhan Manado saat akan bertolak ke Bunaken pada Jumat (06/11/2015) pagi.
Pariwisata dan Budaya yang terpinggirkan, mungkin hanya dua kata yang sederhana tapi jika digali lebih dalam akan memberikan makna yang luar biasa. Pemeirntah daerah setempat mempunyai peran penting untuk lebih memperhatikan lagi budaya dan pariwisata di daeral, agar nilai sejarah yang lahir dari kearifan lokal bisa terangkat dan anak cucu kita kelak bisa menikmatinya di kemudian hari. 
JURNALIS : ISHAK KUSRANT

Jurnalis Cendana News wilayah Sulawesi Utara. Bergabung dengan Cendana News sejak bulan September 2015. Sebelum bergabung dengan Cendana News, jurnalis dan fotografer di beberapa media online, media cetak dan radio.

Akun twitter : @IKusrant

Lihat juga...