CENDANANEWS (Malang) – Minat masyarakat Indonesia pada handicraft khususnya lampion ternyata cukup tinggi, hal ini dapat terlihat dari banyaknya hotel, event organizer, dan pemerintah daerah yang menggunakan lampion dalam event-event tertentu mereka. Namun cukup disayangkan karena kebanyakan lampion-lampion tersebut di impor langsung dari Cina.
Melihat keadaan tersebut, Hildan Fatoni (30) sebagai melihatnya sebagai peluang usaha yang menjanjikan. Pada tahun 2012 Hildan memulai usaha pembuatan lampion yang diberi nama “LampionKu” dan mulai mengoordinir pengrajin-pengrajin rumahan mulai dari lulusan SMP sampai SMA.
“Mereka yang tidak terserap lapangan kerja formal tetapi memiliki keahlian, mereka itu yang kami ajak bergabung dengan lampionku” ujar Hildan kepada Cendana News.
Karena potensi pengrajin di Malang dianggap Hildan sudah mulai ada, kemudian pada akhir tahun 2012 dia mengembangkannya dalam bentuk website Lampionku.com. Dari awal peluncuran website tersebut pesanannya mulai banyak baik dari EO maupun dari pemerintah-pemerintah daerah bahkan dia juga sampai pernah menolak pesanan 15000 pcs lampion karena pengrajin lampion yang dimilikinya masih sedikit. Dari situ dia mulai semangat untuk mencari lagi pengrajin lampion yang masih ada. Dari hasil pencariannya tersebut, sampai sekarang Hildan total memiliki 10 orang pengrajin dan 4 karyawan untuk di kantor.
Hildan menjelaskan untuk pengerjaan pembuatan lampion dikerjakan dirumah pengrajin masing-masing. Kemudian setelah selesai setengah jadi baru oleh para pengrajin di setorkan ke Hildan untuk kemudian dilakukan tahap finishing. Namun terkadang para pengrajin menyetorkan lampion dalam keadaan sudah jadi.
Bahan untuk membuat lampion sendiri terdiri dari rotan yang kami dapat dari daerah Arjosari, kemudian besi las, lem dan kain peles. Dan untuk proses pembuatannya yang pertama yaitu menyiapkan cetakan, kemudian rotan dililitkan menggunakan cetakan yang sudah disiapkan. Selanjutnya rotan diolesi lem kain kemudian kain ditempelkan pada rotan dan tunggu sampai lem mengering.
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat 1 lampion yaitu kurang lebih 10 menit dengan kapasitas perbulan untuk lampion gantung yang dapat dihasilkan yaitu 3-5 ribu pcs / bulan sedangkan untuk lampion karakter sekitar 50-100 pcs / bulan. Masing-masing pengrajin dapat menghasilkan 25 pcs lampion per harinya.
Terdapat 5 macam lampion yang dia produksi yaitu lampion gantung, lampion karakter, lampion terbang, lampion terapung dan lampion batik dengan berbagai bentuk. Lampion karakter dan lampion batik adalah produk unggulan mereka.
Hildan mengaku untuk desain lampionnya sendiri dia mencontoh dari lampion
yang sudah ada yaitu lampion Cina, Thailan, Taiwan dan Singapura, tuturnya.
Menurut Hildan kelebihan produk lampionnya dibandingkan dengan produk lampion dari Cina yaitu produk lampionnya bisa disablon dan di beri logo sesuai dengan pesanan.

Hildan menjelaskan bahwa untuk pemasaran dia sudah memasarkannya ke seluruh Indonesia. Namun untuk pemasaran ke luar negeri dia masih mempersiakan dan sudah mulai mengirimkan penawaran ke Singapura, Malaysia dan Australia. Produk lampionnya juga sudah menjadi langganan dari pemerintah-pemerintah daerah yang ada di Indonesia. Dia juga pada tahun 2014 pernah menjadi suplier lampion pada acara Jakarta Leaten Festival di Lapangan Banteng Jakarta. Bahkan dia juga pada acara imlek 2 tahun ini menjadi suplier lampion untuk Carlsberg.
Untuk harga produk lampionnya bervariasi tergantung bentuk dan tingkat kesulitannya. Untuk lampion gantung kisaran harganya mulai RP. 20.000-1.500.000,-/pcs dengan minimal order 10 pcs. Sedangkan untuk lampion karakter berkisar Rp. 500.000-6.000.000,-/pcs.
Hildan menjelaskan bahwa usaha lampionnya ini sudah berbentuk CV sehingga dia bisa mengikuti tender-tender yang ada. Dia mengaku, omset saat ini mencapai sekitar 100 hingga 200 juta rupiah per bulan.