
CENDANANEWS (Kendari) – Indonesia memang kaya akan kerajinan kain bermotif, hampir seluruh wilayah di Nusantara memiliki kerajinan khas yang memiliki nilai tinggi, salah satunya adalah kain tenun produk Sulawesi Tenggara yang terdiri dari kain tenun Tolaki, Buton, Muna dan Konawe.
Secara historis, tenun tradisional yang berkembang di Sulawesi Tenggara diperkirakan berawal di Buton. Tenun tradisional di daerah ini diperkirakan sudah ada sejak abad XVI, pada masa pemerintahan Sultan Dayanu Ikhsanuddin, sultan Buton yang memerintah pada tahun 1578 – 1615. Pada awalnya, keterampilan menenun hanya berkembang di lingkungan keraton. Kegiatan menenun dilakukan oleh dayang-dayang dan orang-orang di dalam kraton untuk memenuhi kebutuhan akan pakaian bagi golongan bangsawan dan kerabat kesultanan. Sejalan dengan permintaan dan kebutuhan akan pakaian semakin banyak, menyebabkan kegiatan menenun dikembangkan pula di luar kraton, khususnya dikalangan ibu-ibu dan remaja putri dalam wilayah kesultanan Buton. Lalu diikuti oleh wilayah lainnya di Sulawesi Tenggara.

Jika jalan-jalan ke Sulawesi Tenggara khususnya Kendari, sangat direkomendasikan untuk mampir ke Dekranasda Sultra yang berada di Jalan Jendral A. Yani 87 Kendari. Ada banyak kerajinan daerah khas Sultra yang bisa dijadikan pilihan bagi pengunjung dan atau pembeli, mulai kerajinan perak, tas anyaman dan tentunya kain tenun Sultra sebagai produk unggulan.
Dekranasda Sultra menyediakan sebuah ruangan cantik tempat memajang beraneka ragam kerajinan khas dari masing-masing Kabupaten di wilayah Sultra, tatanan galeri yang sederhana, bersih, rapi menjadikan semua produk yang terpampang di ruangan semakin nampak cantik.
Ada beberapa gantungan baju yang memajang kemeja pria dan pakaian atas wanita berbahan kain tenun dengan berbagai pilihan motif dan warna.
Ibu-ibu paruh baya yang bertugas menjaga galeri tersebut menyampaikan produk yang dipajang memang tidak terlalu banyak jumlahnya karena kain tenun ini diproduksi menggunakan ATBM (alat tenun bukan mesin), sehingga butuh waktu cukup lama untuk memproduksi satu helai kain.
Lamanya proses memproduksi setiap helai kain ternyata tidak menjadi pertimbangan bagi Dekranasda untuk menjual dengan harga tinggi, mereka tetap menawarkan setiap produknya dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk kain tenun, harga yang ditawarkan antara Rp. 150,000 – 300,000, sedangkan untuk kain tenun berbahan sutra, harga yang ditawarkan Rp. 850,000/helai.

Sedangkan untuk produk pakaian jadi, harga yang ditawarkan untuk kemeja lelaki adalah Rp, 220,000 – 300,000. Untuk pakaian atas wanita, harga yang ditawarkan adalah Rp. 150,000 – 250
,000. Ada juga pakaian dengan desain khusus yang hanya tersedia beberapa helai, pakaian khusus wanita yang cocok digunakan untuk acara pesta atau bahkan pagelaran busana.
Selain kain tenun khas Sultra, ada kerajinan perak yang diproduksi di Kendari, dan kerajinan perak ini merupakan salah satu kerajinan daerah Kendari yang menjadi andalan Dekranasda Sultra. Produk yang ditawarkan berupa cincin, anting, gelang, kalung, liontin, dan bros. Harga yang ditawarkan juga tidak terlalu tinggi dengan kualitas perak yang bagus dan detail desain yang luar biasa rumit. Harga yang ditawarkan antara Rp. 55,000 – 500,000.
Nilai tambah dari berbelanja di Dekranasda Sultra dan bisa jadi di Dekranasda propinsi lainnya juga, bahwa pengunjung dan atau pembeli bisa melihat proses produksi dari masing-masing kerajinan yang dijual di galeri. Selama melihat tempat produksi, pengunjung juga bisa berinteraksi dengan semua pekerja dan pegawai tentang sejarah Dekranasda, sehingga selain belanja, pengunjung dan atau pembeli juga bisa melihat alat produksi yang mereka gunakan sekaligus mengenal sejarah. Sungguh konsep belanja yang edukatif.
Sungguh pun demikian, galeri milik Dekranasda ini masuk kategori sepi pengunjung dan atau pembeli, mungkin hal ini dikarenakan kurangnya promosi dari pengelola Dekranasda itu sendiri maupun pemkot Kendari dan Pemprov Sultra. Sangat diharapkan ada program yang tepat sasaran dari pihak yang berwenang agar produk khas daerah bisa menjadi produk yang dicintai oleh seluruh masyarakat Sultra khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga “Cintailah Produk-produk Indonesia” tidak hanya sekedar slogan iklan produk perlengkapan rumah tangga saja.