![]() |
Kemeja Songket Silungkang – Foto Muhsine Piliang |
CENDANANEWS – Kelompok muda pengrajin Songket Silungkang yang terdiri dari 14 orang di kampung tenun, Desa Lunto, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto Sumatera Barat mulai mengembangkan pembuatan songket dengan bahan dasar dari alam. Bahan dasar berupa benang tersebut dibuat dari hasil fiksasi (pengikatan serat)berbagai bahan, diantaranya daun putri malu, buah manggis, batang surian, daun kunyit, hingga sabut kelapa.
Kegiatan yang dimulai sejak 17 Mei 2014 lalu telah menghasilkan dua kali pembuatan benang dari berbagai jenis bahan. Dan sebagian telah diproduksi menjadi songket serta baju yang tidak kalah dari bahan sintetis. Bahkan terdapat beberapa kelebihan tersendiri dari bahan fiksasi tersebut.
Saat menyambangi kediaman salah satu anggota kelompok muda tersebut, Anita Dona Asri memperlihatkan beberapa hasil songket berbahan dasar alami. Salah satunya baju dari songket silungkang yang berabahan dasar cincang dan motif dari daun kunyit.
“Dari hasil fiksasi yang telah dilakukan bersama teman-teman, dihasilkan songket hingga baju yang tak kalah indahnya dari bahan sintetis,”kata anita bangga memperlihatkan hasil kerja kerasnya bersama rekan sekelompok.
Dia menyebutkan, fiksasi tersebut berasal dari hasil pelatihan pada Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) di Padang. Dari hasil pelatihan tersebut, dia bersama 13 teman lainnya mencoba mempraktekan dan membuahkan hasil yang baik, meski ada beberapa kekurangan dari hasil fiksasi.
“Saat ini kita masih belum mendapatkan cara untuk membuat bahan lebih mengkilap seperti benang sintetis, karena sekarang warnanya masih soft,”katanya.
Namun demikian, banyak kelebihan dari dari bahan hasil fiksasi, diantaranya bahan terasa lebih lembut, lebih nyaman mengenakannya, lebih kuat, tidak luntur dan tetap adem meski dipakai pada cuaca panas.
“Yang juga harganya lebih mahal dari bahan sintetis,”kata alumni Universitas Negeri Padang sambil tersenyum.
Untuk memproduksi banyak merupakan keinginanya bersama kelompok, namun ada beberapa hal yang menjadi kendala, diantaranya bahan pembuatannya yang termasuk sulit karena harus mengikuti musim.
“Buah manggis kan Cuma ada waktu musimnya,”katanya.
Dia mengharapkan, produk tersebut dapat digunakan oleh semua pengrajin yang ada di Kota Sawahlunto dan sekitarnya, sehingga dapat dilakukan produksi besar-besaran.
“Sehingga kita dapat menciptakan produk dari hasil kreativitas dan bahan alami dari daerah tersebut, “pungkas sarjana Pendidikan yang biaya kuliahnya didapat dari hasil membuat songket.
——————————————-
Jumat, 20 Februari 2015
Penulis : Muhsin Piliang
Editor : Sari Puspita Ayu
——————————————