CENDANANEWS – Karakteristik titik nol dari permukaan laut berkombinasi dengan relief bukit-bukit membuat pemukiman penduduk menghiasi lereng tanah tinggi merupakan pemandangan khas kota Kendari. Bagi sebagian orang panorama teluk dan lautan terlihat dari jendela rumah di puncak tanah yang tinggi merupakan “harga” yang mahal. Namun kali ini hal berbeda bagi sekitar 20 kepala keluarga penduduk desa Gunung Jati RW 03. Mereka hidup di antara tebing yang bisa setiap saat runtuh apalagi dimasa musim hujan sekarang ini seperti penuturan Wahardiyah (35) “Setiap malam kita tidak bisa tidur kasiang, apalagi masa musim hujan begini kasiang”. Trauma Wahardiyah bukan tak beralasan beberapakali rumahnya tertimpa longsoran tanah dari atas bukit sementara pada sisi lain rumahnya justeru terus tergerus oleh tanah yang longsor kebawah, sehingga salah satu ruangan rumahnya harus dikosongkan karena takut sewaktu-waktu bisa longsor.

Didampingi oleh ketua RW 03 Pak Aswara (68) cendananews mendapat penjelasan bahwa warga sudah sering beliau peringatkan akan ancaman longsor yang dapat mengambil korban jiwa. Menurut penjelasan Aswara sebenarnya masih ada sekitar 60 lebih lagi rumah penduduk yang terancam longsor namun yang paling berbahaya adalah yang di RW-nya. Ketika ditanya apakah tidak ada keinginan untuk relokasi ketempat lain “Aduh kasiang sudah bisa tinggal ditempat seperti ini saja sudah sukur kasiang” kata Wahardiyah lagi sambil tersenyum malu.

Menurut Aswara sebagaimana yang dikatakan warga juga bahwa pernah suatu kali pejabat pemerintahan berjanji akan memberi bantuan kepada warga namun janji itu belum pernah ditepati. Ironisnya tak jauh dari lokasi tempat tinggal “maut” ini tepatnya di kota lama Kendari Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara akan membangun proyek ambisius Jembatan Bahteramas bernilai hampir 1 trilyun rupiah.
Selain itu berdasarkan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) terungkap alokasi anggaran 2015 untuk Kecamatan Kendari Barat lebih dari Rp2,8 miliar. Terbagi untuk kegiatan fisik dan prasarana sebesar Rp1,1 miliar, program sosial budaya sebesar Rp975,6 juta, dan untuk peningkatan ekonomi sebesar Rp630,5 juta. Tidak dijelaskan apakah dari total APBD kota Kendari yang menembus 1,2 Trilyun rupiah ini ada remah yang bisa diberikan kepada warga Kendari yang hidup diambang bencana tersebut.

Seandainya bila pemerintah kota mau memberikan perhatian mungkin pencegahan jauh lebih baik daripada menunggu jatuhnya korban dengan cara merelokasi warga apalagi kota Kendari saat ini sudah memiliki Rusunawa di kecamatan Abeli dengan kapasitas 400 kamar siap huni. Dikuatirkan bila pejabat pemerintahan setempat tidak bertindak cepat maka nyawa setidaknya 20 kk desa Gunung Jati akan terancam.