Personalized Medicine, Salah Satu Upaya Percepatan Eliminasi Tuberkulosis

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

JAKARTA — Upaya pemerintah untuk menurunkan angka kasus Tuberkulosis (Tb) di Indonesia, diwujudkan dalam PP No. 67 tahun 2021. Yang salah satunya adalah personalized medicine, yang merupakan perwujudan keberpihakan pada pasien. Dalam artian, setiap pasien akan memiliki jenis dan dosis obat yang paling sesuai dengan kondisi tubuh pasien tersebut.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta, Prof. dr. Hj. Rika Yuliwulandari, MHlt.Sc, PhD, SpKKLP, menyebutkan, dalam PP No. 67 tahun 2021 disebutkan, penanggulangan TBC adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.

“Dalam implementasinya, penanggulangan TBC akan didasarkan pada peningkatan penelitian, pengembangan dan inovasi baik pada sektor pengobatan maupun alat diagnostik hingga vaksin yang mampu mempercepat target eliminasi, yang konsep pengobatannya berpihak pada pasien,” kata Rika dalam acara edukasi online tuberkolosis, Jumat (8/10/2021).

Hal ini sejalan dengan konsep personalized medicine, yang merupakan suatu sistem pengobatan yang didasarkan pada pemetaan genetik, sehingga bisa diberikan obat terbaik dan dosis paling tepat untuk tiap pasien.

“Sistem pengobatan ini memungkinkan pengobatan yang diberikan dapat efektif dan menurunkan efek samping yang mungkin muncul dalam masa pengobatan pada setiap kelompok asetilator baik baru maupun laten,” urainya.

Sistem pengobatan ini, dinyatakan juga oleh Rika akan mampu menurunkan angka prevalensi hepatotoksisitas OAT (Obat Anti Tb).

“Secara umum hepatotoksisitas OAT pada tahun 2017, itu antara dua hingga 28 persen. Salah satu contohnya, penelitian di RS Sanglah menunjukkan angkanya adalah 22,5 persen. Dengan gen yang paling konsisten adalah NAT2,” urainya lagi.

Lihat juga...