Warga Lebanon Peringati Setahun Ledakan Maut di Beirut

“Ini hanya tragedi, tak ada yang lain kecuali tragedi. Sayangnya kami tak bisa berkata apa-apa lagi,” kata Avedis Karamalian, 62 tahun, sambil berjalan pagi.

Saat ledakan terjadi, warga Lebanon sedang menghadapi kesulitan di tengah krisis keuangan negara akibat korupsi dan pemborosan selama puluhan tahun.

Kehancuran ekonomi makin parah tahun lalu ketika kaum elit yang berkuasa gagal membentuk pemerintahan baru untuk menyelesaikan beragam masalah, termasuk kemiskinan yang meningkat dan kelangkaan obat dan bahan bakar.

Elit sektarian terkurung dalam perebutan posisi di kabinet baru untuk menggantikan pemerintahan Hassan Diab, yang mengundurkan diri setelah peristiwa ledakan.

“Kami katakan ke semua orang tanpa terkecuali, negara kami berada dalam bahaya,” kata Najib Makati, pengusaha-politisi yang bulan lalu ditugaskan untuk membentuk kabinet.

Makati mengatakan hal itu dalam sebuah pernyataan untuk memperingati apa yang disebutnya sebagai hari jadi yang “menyakitkan”.

Kebuntuan politik telah mencegah upaya-upaya penting untuk melakukan reformasi yang bisa mendatangkan bantuan luar negeri yang dibutuhkan.

Pada Rabu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, akan berusaha mengumpulkan 350 juta dolar dana bantuan dalam konferensi negara-negara donor.

Prancis telah memimpin upaya-upaya internasional untuk menyelamatkan negara bekas koloni mereka itu dari krisis, namun upaya itu sejauh ini belum membawa hasil.

Prancis gagal mendapatkan komitmen dari para politisi Lebanon untuk menyepakati sebuah kabinet berisikan orang-orang spesialis yang non-sektarian.

Menyatakan opininya, beberapa pejabat senior dari PBB, Uni Eropa dan Bank Dunia mengatakan investigasi akan terus berhenti “tanpa sebuah peradilan bebas dan jujur yang mampu menahan intervensi politik”.

Lihat juga...