Penggiat : Perlu Pendampingan Perbaikan Ekosistem Sungai Ciliwung yang Rusak

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

JAKARTA — Abdul Kodir, pendiri Komunitas Ciliwung-Condet mengaku sangat prihatin dengan keberadaan sungai Ciliwung yang kini kurang terawat dan menyebabkan ekosistemnya menjadi rusak.

Abdul Kodir, pendiri Komunitas Ciliwung-Condet ditemui di bantaran sungai Ciliwung, yang berada di kawasan Condet, tepatnya di Jalan Munggang, Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (25/8/2021).foto: Sri Sugiarti.

Menurutnya, keberadaan sungai Ciliwung ini adalah media belajar, bagaimana mengajak masyarakat lebih dekat dengan sungai dalam melestarikannya.

“Sungai ini sudah ditinggalkan, dijadikan tempat pembuangan sampah dan limbah. Padahal sungai Ciliwung ini aset kehidupan. Tidak ada air, tidak ada kehidupan. Tapi kini sumber air ini ditelantarkan,” ujar Abdul, kepada Cendana News ditemui di bantaran sungai Ciliwung, di kawasan Condet, Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (25/8/2021).

Untuk pelestarian sungai ini, dia menginisiasi gerakan ekosistem sungai dengan membuat hutan mini di atas lahan seluas 7.000 meter milik keluarga yang berada di bantaran sungai Ciliwung.

Hutan mini ini dibangun bertujuan untuk menjaga Ciliwung tidak tergerus kerusakan ekosistemnya lebih parah lagi. Baik itu, kerusakan akibat banjir maupun eksploitasi pembangunan rumah yang serampangan.

“Setelah banjir 1997, rusaknya habitat pinggir sungai Ciliwung yang digerus luapan air. Ekosistem ikan juga terganggu. Kami bangkit untuk lestarikan kekayaan hayati sungai Ciliwung Condet,” ujarnya.

Menurutnya, banyak fungsi sungai selain sebagai ekosistem ekologi. Salah satunya, fungsi sosial harus terus dibangun untuk menyadarkan masyarakat menjaga dan merawat ekosistem sungai.

Lihat juga...