Presiden Tunisia Berupaya Atasi Ekonomi dan Pandemi

Pada Rabu, ia menggantikan kepala stasiun televisi, menyusul insiden penolakan dua tamu pada program acara televisi untuk masuk ke dalam gedung.

Amerika Serikat pada Senin menekan Tunisia untuk mempertahankan “penghormatan yang saksama terhadap kebebasan berekspresi”, setelah polisi menggerebek sebuah biro berita asing, tetapi pada Rabu seorang reporter New York Times mengatakan polisi telah menahannya selama dua jam ketika sedang bekerja di Tunis.

Penyelidikan Pengadilan

Rabu malam, kepresidenan menerbitkan sebuah video yang menunjukkan Saied memberi tahu kepala serikat bisnis, bahwa “pilihan ekonomi yang salah” telah menyebabkan masalah keuangan besar.

Tunisia sedang mencari perjanjian pinjaman dari Dana Moneter Internasional untuk membiayai defisit anggaran yang diproyeksikan dan pembayaran utang.

Saied dalam video tersebut, meminta para pedagang untuk menurunkan harga barang dan memperingatkan mereka agar tidak berspekulasi atau menimbun.

Dia juga menargetkan tokoh bisnis yang dituduh korupsi, dengan mengatakan 460 orang telah mencuri 13,5 miliar dinar (Rp69,4 triliun) uang publik.

Pengadilan sebelumnya mengatakan sedang menyelidiki dua partai terbesar di parlemen, Ennahda dan Heart of Tunisia, atas dugaan menerima dana asing selama kampanye pemilihan 2019.

Peradilan yang secara luas terlihat di Tunisia sebagai independen dari politik, mengatakan penyelidikannya dimulai 10 hari sebelum langkah presiden.

Ennahda, sebuah partai Islam moderat yang menjadi titik fokus oposisi terhadap perebutan kekuasaan Saied setelah ketua parlemennya, Rached Ghannouchi, menuduhnya melakukan kudeta, membantah melakukan pelanggaran.

Lihat juga...